Selisih tagihan biaya rawat inap rumah sakit antara kelas II
dan kelas III adalah sebesar Rp. 4.972.800,-. dimana selisih ini menjadi tanggungan karyawan ybs. Ada surat pemberitahuan kepada ybs. ttg hal
itu yang ditandatangani oleh salah seorang staf Biro. Seorang staf!
Dari surat pemberitahuan itu terbaca bahwa tagihan itu akan
diperhitungkan dengan gaji bulan Juli 2012, padahal besarnya gaji netto ybs.
hanya Rp. 4.113.000,- Jadi tidak bisa lunas pada bulan Juli 2012. Pun, jika
dipaksakan, akan membunuh karyawan ybs., karena membuat karyawan tsb. tidak
bisa makan.
Karyawan tsb. berinisiatif mengajukan permohonan untuk
dipotong dari gaji selama 12 bulan, karena menyadari kemampuannya untuk
mencicil setiap bulannya.
Atas permohonan itu, pimpinan hanya mengabulkan untuk
mencicil selama 6 bulan, sehingga setiap bulannya dipotong dari gaji ybs.
sebesar Rp. 799.300,-
Alasan agar laporan tahunan keuangan lancar/beres pada waktunya,
terlalu egois, hanya berpusat pada keperluan dirinya, sama sekali tidak
mempertimbangkan kebutuhan pihak lain, karyawan ybs.
Itulah kepemimpinan anak muda. Mereka jenius, dengan indeks
prestasi 4,0 atau mendekati, tetapi belum punya hati. Semua masih berpusat pada
dirinya sendiri, pada kelompoknya sendiri, pada unitnya sendiri, pada
prestasinya sendiri.
Sedih? Ya, tentu sedih. Tetapi harus diterima dan ditelan
dengan sabar dan ikhlas. Itu kenyataan jaman sekarang. Yang tua, yang hatinya
sudah matang, justru harus dengan “legowo” menyingkir demi anak muda, dengan
harap-harap cemas, smoga mereka lekas memiliki hati, hati yang mau terluka
untuk sesama, bukan hanya untuk diri sendiri!