Minggu, Januari 31, 2010

DIES NATALIS KE 55


Baru-baru ini tempatku bekerja merayakan hari jadinya yang ke 55. Acaranya ya begitu-begitu saja. Biasanya pas hari ulang tahunnya diadakan acara oratio dies. Oratio Dies kali ini dibawakan oleh Dekan FISIP, Dr. Ulber Silalahi, MA.


Thema oratio kali ini adalah “Kepercayaan sebagai Modal Sosial dalam Berorganisasi: Meningkatkan Kinerja Organisasi dan Kepuasan Kerja Pegawai Melalui Perilaku Saling Percaya”. Tentang thema ini kapan-kapan akan aku tulis secara khusus. Penting diingat tentang thema ini adalah bahwa organisasi yang sehat perlu adanya kepercayaan timbal balik antara pemimpin dan yang dipimpin.


Beberapa hari kemudian diadakan Misa Syukur, dengan thema “Memberi dengan Sepenuh Hati”. Sebagai selebran adalah Mgr. Michael Cosmas Angkur, OFM, dan konselebran adalah Pst. Antonius Subianto, OSC, dan Pst. Cristoforus Triharsono, Pr.


Dekorasi misa sungguh luar biasa. Gedung Serba Guna disulap menjadi Gerja modern. Misa terlambat 50 menit, tetapi tak seorangpun merasa “aneh”. Doa Syukur Agung III pada teks misa berasal dari copy-paste yang tak dicek dan dibaca lagi sebelum diperbanyak. Di sana masih tercetak “…Paus kami Yohanes Paulus II, dan Uskup kami Alexander Djajasiswaya….” Pergeseran nilai2 memang sudah mulai tampak disana-sini.


Acara puncaknya adalah acara kekeluargaan. Acara didominasi oleh seorang (hanya seorang) karyawan. Acaranya benar-benar kering, tidak menarik sama sekali. Konon biaya pengisi acara itu 4 juta rupiah. Orang-orang setia menunggu sampai sore, tetapi bukan menikmati suguhan acaranya. Mereka menunggu door-prize!


Kesan dari seorang pensiuan yang sempat hadir dari pagi hingga hampir pk. 16.00 adalah “bekas kantorku sudah dipenuhi oleh orang-orang muda yang tidak punya sopan-santun…”


Yang perlu Anda ketahui adalah bahwa seluruh tulisan ini hanya bersumber pada “katanya”. Jadi penulis sama sekali tidak melihat dan mengalaminya sendiri. Penulis hanya mendengar cerita kanan-kiri, yang mendorongnya untuk menuliskannya di sini apa adanya.

Sabtu, Januari 23, 2010

SOLIDARITAS

Ternyata masih ada solidaritas di sini, di tempatku bekerja. Sudah lama aku menyangsikannya. Aku pikir peristiwa demi peristiwa yang menyakiti hati warga secara komunal maupun secara individu telah memporak-porandakan solidaritas. Terrnyata aku salah!

Awal Desember 2009 aku menulis email kepada teman-teman begini:
Temans, kemarin aku melihat kondisi terakhir Mas Setyarso.
Yang sempet aku tangkap adalah: kegundahan jiwa menyelimuti dirinya sehubungan dgn besarnya biaya pengobatan yang hrs ditanggungnya.

Di tengah2 problema hidup kita masing2 yang sedang menyiapkan natal dan tahun baru apakah teman2 setuju jika kita mengedarkan daftar kolekte se-rela2nya dari teman dekat dan jauh di lingkungan terbatas unit kita masing2?

Mohon tanggapan,
salam, isnar@home.unpar.ac.id

Dari email itu ternyata bersambut dengan sangat posotif dan sungguh luar biasa. Minggu ke dua saya mulai mengirimkan daftar nama calon kolektan. Ada unit yang tidak sabar menunggu daftar yang saya buat itu, dan mereka mengedarkan amplop kosong dengan tulisan di bagian depannya:

Sehubungan dengan rekan kita tercinta yaitu Sdr. Theodorus Setyarso, telah menjalani operasi jantung (pemasangan cincin) dengan biaya yang cukup besar, maka bagi rekan-rekan yang ingin memberikan perhatian dengan kesediaannya untuk memberikan sedikit dana untuk meringankannya, silahkan mengisi amplop ini.

Terima kasih atas perhatian dan bantuannya, Semoga Tuhan senantiasa memberikan berkat yang melimpah kepada kia semua. Amin.

Sedangkan tulisan pada daftar calon kolektan yang saya buat adalah:
Yth. Ibu, Bp, Sdr., Sdr, teman dan kawans,
Di tengah-tengah lajunya peningkatan beban lahir-batin kita dalam
menyongsong datangnya natal dan tahun baru, kita terhenyak oleh rasa haru bersamaan dengan pemasangan ring ke dalam pembuluh darah di jantung Mas Setyarso.

Kita tengok sejenak beban di pundak Mas Tyo, sambil mengulurkan angan dan meneteskan kasih dalam bentuk nyata.
Tuhan pasti membalas kebaikanIbu/Bp/Sdr/Sdri.

Bukti dari solidaritas itu berupa ucapan kepada Mas Tyo,:
Teriring doa dari hati kami yang paling dalam,
Semoga Mas Setyarso cepat sembuh kembali seperti sedia kala.

Salam dari kami, sahabat-sahabatmu dari BAAK dan sekitar (950.000,-), FISIP (2.465.000,-), FTIS dan Perpustakaan (500.000-), FE (550.000,-) dan FT (390.000,-).

Ada pula unit yang setelah menerima blanko daftar calon kolektan itu secepat kilat mengedarkan di kalangan unitnya, dan langsung menyerahkannya sendiri kepada Mas Tyo.


Terima kasih Tuhan, ternyata solidaritas di antara kami masih Kau lindungi.
Amin.