
Di sisi lain, melihat gaya anak-anak muda itu, beberapa di antara mereka sungguh tidak simpatik. Mereka umumnya tidak memiliki sikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Gaya mereka sangat angkuh,
Mengapa demikian? Karena mereka merasa lebih pinter. Mereka kan sarjana? Sedangkan para seniornya bukan seorang sarjana. IPK mereka rata-rata di atas 3,5! Bahkan ada yang mendekati 4,0! Mereka genius. Tetapi sikap mereka cenderung menyepelekan orang-orang tua, menertawakan kelucuan orang-orang tua, biasanya karena kelambanannya.
Mereka tidak tahu, bahwa lembaga ini bisa sebesar ini karena orang-orang tua itu. Orang-orang tua itu, kata Mas Koes, :”ikut terlibat menumpuk batu bata satu per satu bangunan lembaga ini, dari nol sampai sebesar ini”, sedangkan mereka “tinggal pakai..!” Orang-orang muda itu tidak mengetahui dan tidak menyadari sampai ke situ, sehingga mereka bersikap seolah-olah kami ini cuma menumpang kepintaran mereka! Mereka melihat orang-orang tua itu hanya makan gaji buta saja.
Orang-orang tua itu biasanya hanya bisa mengelus dada, prihatin. Dalam hati mereka berkata, “anak-anak muda jaman sekarang memang tidak dapat menghargai sejarah! Mereka hidup seolah-olah langsung menjadi sarjana, langsung menjadi cendekiawan. Mereka tidak menyadari asal-usulnya".
Hati-hati memilih IQ tinggi tetapi tanpa hati untuk karyawan-karyawan baru. Karena bila hal ini tidak diperhatikan jangan-jangan kapal besar lembaga ini akan berubah arah, tidak sesuai lagi dengan cita-cita para pendirinya…