Minggu, April 18, 2010

IQ TINGGI TANPA HATI

Di sisi lain, melihat gaya anak-anak muda itu, beberapa di antara mereka sungguh tidak simpatik. Mereka umumnya tidak memiliki sikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Gaya mereka sangat angkuh,


Mengapa demikian? Karena mereka merasa lebih pinter. Mereka kan sarjana? Sedangkan para seniornya bukan seorang sarjana. IPK mereka rata-rata di atas 3,5! Bahkan ada yang mendekati 4,0! Mereka genius. Tetapi sikap mereka cenderung menyepelekan orang-orang tua, menertawakan kelucuan orang-orang tua, biasanya karena kelambanannya.


Mereka tidak tahu, bahwa lembaga ini bisa sebesar ini karena orang-orang tua itu. Orang-orang tua itu, kata Mas Koes, :”ikut terlibat menumpuk batu bata satu per satu bangunan lembaga ini, dari nol sampai sebesar ini”, sedangkan mereka “tinggal pakai..!” Orang-orang muda itu tidak mengetahui dan tidak menyadari sampai ke situ, sehingga mereka bersikap seolah-olah kami ini cuma menumpang kepintaran mereka! Mereka melihat orang-orang tua itu hanya makan gaji buta saja.


Orang-orang tua itu biasanya hanya bisa mengelus dada, prihatin. Dalam hati mereka berkata, “anak-anak muda jaman sekarang memang tidak dapat menghargai sejarah! Mereka hidup seolah-olah langsung menjadi sarjana, langsung menjadi cendekiawan. Mereka tidak menyadari asal-usulnya".


Hati-hati memilih IQ tinggi tetapi tanpa hati untuk karyawan-karyawan baru. Karena bila hal ini tidak diperhatikan jangan-jangan kapal besar lembaga ini akan berubah arah, tidak sesuai lagi dengan cita-cita para pendirinya…


Sabtu, April 10, 2010

BOM WAKTU


Akhir-akhir ini banyak karyawan muda bermunculan. Bagus, karena memang sudah waktunya regenerasi. Karyawan seangkatan saya yang jumlahnya banyak, sudah akan pensiun pada kurun waktu 2011-2015. Akan terjadi ketimpangan karena perbedaan umur karyawan pada tahun-tahun itu akan menjadi kendala tersendiri. Tidak mudah menciptakan team dengan perbedaan umur yang mencolok. Apa boleh buat. Tidak ada perencanaan baik jangka panjang, menengah maupun jangka pendek.

Karyawan-karyawan muda itu banyak di beberapa biro tertentu. Seperti di biro saya, misalnya, tidak ada seorang pun karyawan baru, kecuali karyawan kontrak. Dari karyawan kontrak dapat menjadi karyawan tetap dengan persyaratan tertentu.

Melihat karyawan-karyawan baru itu, saya prihatin. Betapa tidak! Mereka itu sarjana, S-1, tetapi hanya dihargai sebagai Dilploma III, D-3. Ini lembaga pendidikan. Pendidikan tinggi lagi. Dan karyawan-karyawan baru itu hasil dari lembaganya sendiri, alumninya sendiri!!! Kalau orang sudah tidak bisa menghargai dirinya sendiri, hasil karyanya sendiri, apa yang diharapkan dari orang lain?

Dalam sharing saya dengan seorang teman muncul istilah “menanam bom waktu”. Mereka yang sekarang dirugikan itu, tidak menutup kemungkinan akan meledak di masa depan. Apakah pimpinan sekarang terkena ledakan? Tentu tidak! Mereka sekedar menanam kok. Yang terkena ledakan ya…pimpinan berikut…

Saya merasa sangat sedih melihat kenyataan ini. Untuk itu saya tulis di sini, agar suatu saat bom meledak, orang-orang, khususnya saya sendiri, tidak terkaget-kaget lagi.

Selamat menikmati bom waktu itu….!