Minggu, Agustus 29, 2010

THR


Pada penerimaan Tunjangan Hari Raya Tahun (THR) ini, saya hanya bisa menangisi diri sendiri, itu juga hanya dalam hati. Teriris-iris rasanya. Sakit sekali.

Berapakah besarnya THR saya? Semenjak awal tahun, rencana demi rencana sudah dibuat. Tapi rencana tinggal rencana, karena harus menelan pil pahit. THR saya dipotong sebesar Rp. 1.640.264,- (satu juta enam ratus empat puluh ribu dua ratus enam puluh empat rupiah)!!!

Dari mana datangnya potongan? Tak lain dari pengobatan. Saya sadar sepenuh-penuhnya sebagai orang yang tergantung dari obat. Tetapi tak pernah saya sesakit ini. Mengapa? Karena teman-teman saya justru mendapatkan bonus dari sisa jatah pengobatannya.

Adil? Adil, kata mereka yang iri, dengki dan berhati bar-bar! Orang yang sakit seperti saya harus terpotong THR-nya, sedangkan orang sehat ditambahkan penghasilannya. Adil sekali!!! Prinsipnya: bagi mereka yang sehat merasa dirugikan, bila yang sakit mendapatkan bantuan pengobatan!

Adil? Adil, kata mereka yang iri, dengki dan berhati bar-bar! Orang yang sakit seperti saya harus terpotong THR-nya, sedangkan orang sehat ditambahkan penghasilannya. Adil sekali!!! Prinsipnya: bagi mereka yang sehat merasa dirugikan, bila yang sakit mendapatkan bantuan pengobatan!

Dari prsinsipnya saja sudah salah. Prinsip manusia yang iri dan dengki!

Sabtu, Agustus 21, 2010

PRESTASI


Prestasi kerja, work performance, adalah suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam mengerjakan tugas atau pekerjaannya secara efisien dan efektif, dapat diukur dan dinilai.

Dalam proses penilaian prestasi kerja (Asnawi, S. (1999), Aplikasi psikologi dalam manajemen sumber daya manusia perusahaan. Jakarta: Pusgrafin.), terdapat 2 macam teknik penilaian yang dapat digunakan: objektif dan subjektif. Penilaian yang objektif akan mendasarkan pada data yang masuk secara otentik, baik yang menyangkut perilaku kerja, kepribadian, maupun data mengenai produksi. Sedangkan penilaian yang subjektif sangat tergantung pada judgment pihak penilai. Oleh karena itu hasil penilaian subjektif perlu untuk dianalisis dengan lebih teliti, sebab ia dapat berakhir dengan relatif.


Pada upacara kemerdekaan ke 65 kemarin, di kantor kami ada 5 orang yang mendapatkan hadiah (Piagam, Pin dan uang), terdiri dari 4 Kepala Biro dan 1 Kepala Lembaga. Mereka dianggap berprestasi. Ada yang menerima piagam, pin dan uang, ada yang piagam dan uang, ada yang piagam dan pin saja.


Apa kriteria dan sistem penilaiannya, sama sekali tidak jelas, dan barangkali juga tidak pernah ada! Lihat saja, sebagai contoh, salah seorang dari mereka itu, semua orang dapat melihat, bahwa orang ini sebenarnya TIDAK MAMPU! Atasannya langsung pun mengatakan hal itu! Bagaimana mungkin bisa diberi piagam penghargaan sebagai yang berprestasi?


Duh Gusti, kasihanilah kami, nyuwun kawelasan nDalem….