Sabtu, Agustus 21, 2010

PRESTASI


Prestasi kerja, work performance, adalah suatu hasil yang dicapai oleh karyawan dalam mengerjakan tugas atau pekerjaannya secara efisien dan efektif, dapat diukur dan dinilai.

Dalam proses penilaian prestasi kerja (Asnawi, S. (1999), Aplikasi psikologi dalam manajemen sumber daya manusia perusahaan. Jakarta: Pusgrafin.), terdapat 2 macam teknik penilaian yang dapat digunakan: objektif dan subjektif. Penilaian yang objektif akan mendasarkan pada data yang masuk secara otentik, baik yang menyangkut perilaku kerja, kepribadian, maupun data mengenai produksi. Sedangkan penilaian yang subjektif sangat tergantung pada judgment pihak penilai. Oleh karena itu hasil penilaian subjektif perlu untuk dianalisis dengan lebih teliti, sebab ia dapat berakhir dengan relatif.


Pada upacara kemerdekaan ke 65 kemarin, di kantor kami ada 5 orang yang mendapatkan hadiah (Piagam, Pin dan uang), terdiri dari 4 Kepala Biro dan 1 Kepala Lembaga. Mereka dianggap berprestasi. Ada yang menerima piagam, pin dan uang, ada yang piagam dan uang, ada yang piagam dan pin saja.


Apa kriteria dan sistem penilaiannya, sama sekali tidak jelas, dan barangkali juga tidak pernah ada! Lihat saja, sebagai contoh, salah seorang dari mereka itu, semua orang dapat melihat, bahwa orang ini sebenarnya TIDAK MAMPU! Atasannya langsung pun mengatakan hal itu! Bagaimana mungkin bisa diberi piagam penghargaan sebagai yang berprestasi?


Duh Gusti, kasihanilah kami, nyuwun kawelasan nDalem….

1 komentar:

DherryPurwanto mengatakan...

Oleh karena ini dalam rangka ngomongin diri/tubuh sendiri, maka sah-sah saja berkomentar meskipun agak risi :

Bukan berdasarkan rasa iri hati bila kukatakan bahwa pemberian penghargaan PEGAWAI BERPRESTASI hanya kepada beberapa gelintir para kepala unit kerja saja, kenapa ?

- yang menilai hanya beberapa orang saja yang kebetulan sedang menjabat sebagai atasannya. Padahal para kepala unit tersebut berinteraksi sangat banyak (99%) menghabiskan waktunya dengan para bawahannya, dengan demikian yang patut menilai seharusnya adalah para bawahannya karena tidak mungkin hal-hal negatif keseharian yang ada akan nyampe ke atasan si kepala yang dianggap berprestasi tadi. Maklum orang-orang tak berjabatan, tidak memiliki akses untuk berinteraksi dengan para pimpinan atasan para kepala itu disamping emang gak pernah ada kuesioner yang diedarkan untuk itu.

- Memalukan memiliki mental pimpinan yang dengan gaya over acting semu, memberikan penghargaan kepada pegawai tingkat paling dekat dengannya wungkul, sambil dipertontonkan kepada khalayak umum yang sebetulnya bukan cuma awam melainkan juga mengetahui bahkan sangat paham bagaimana satu per satu orang yang diberi penghargaan itu sebenarnya.

- Memprihatinkan bahwa orang orang yang sering kami sebut sebagai para dewa, berkelakuan tanpa pakem. Pemberian penghargaan, tidak sama dengan memberi sesuatu kepada pengemis, harusnya punya mekanisme yang jelas untuk itu. Harus diberitahukan kepada seluruh khalayak pegawai, apa saja kriteria pegawai yang dianggap berprestasi, kinerja seperti apa yang bakal dihargai, berapa lama periode waktu pemberian penghargaan atas dasar penilaian yang obyektif dan jangan sekali kali subyektif karena ini adalah perusahaan yayasan dan bukan milik mbahnya.

lha wong memberi judul dan/atau tema pemberian penghargaan itu sendiri saja GAK JELAS, apa sih namanya ? sisipan acara pembagian hadiahkah disela sela upacara kemerdekaan RI ? sebelum ini, belum pernah terjadi, maka ini terkesan tiba-tiba dan tanpa konsep atau konsep by kasak kusuk diantara segelintir para dewa yang juga gak jelas prestasinya, lalu karena ingin dianggap orang wah, maka ngasih hadiah buat orang-orang dekatnya di perhelatan perayaan ultah KEMERDEKAAN.

NGAWURRRRRRR NGAWURRRRRRRR DAN NGAWURRRRRRRRR SIAH !

Aku cuma mau bilang : ITU MENODAI KEMERDEKAAN ITU SENDIRI !!!

Sebagai orang merdeka, aku gak merasa perlu ikut upacara, padahal disudut hatiku yang paling sunyi dan senyap, aku merindukan bayang-bayang sosok pahlawan yang berkelebat yang pernah menatap jauh kehidupan anak keturunannya dari relung yang paling dalam lautan penderitaannya, agar hidup lebih punya martabat, meski ia sendiri gak sempat membuat keturunan.......

MERD...DEK....ah, habis napasku untuk teriakkan kata yang satu itu, karena memang belum saatnya buatku. mohon maaf....