Minggu, Januari 09, 2011

Renungan Akhir 2010


Sebenarnya tak perlu permenungan. Karena jika kurenungkan kejadian di tahun 2010, hati ini malah tersayat sembilu. Sepanjang tahun jiwaku bagaikan dikejar malaekat pencabut nyawa, Yamadipati. Selalu merasa was-was, deg-degan. Bukan hanya dalam hidup rutin keseharian, tetapi juga pada waktu tidur di malam hari. Mimpi buruk hampir kualami setiap malam dalam tidurku.

Setengah tahun terakhir ditambah lagi dengan kekecewaan yang amat dalam. Masa depan yang kurajut hari demi hari selama 30 tahun sampai menjelang masa pensiun, direnggut oleh orang dengki, srei dan benci. Entah apa yang mendasari hati, tetapi nyatanya ‘mereka’ menghentikan kenaikan gaji.

Menjelang tidurku, tak lupa aku selalu mengucap syukur. Syukur atas manusia2 cinta: istri dan anak-anakku. Istriku yang penuh kesabaran dan katresnan kepada keluarga. Anak2ku yang sudah kelar dan kini sedang belajar mandiri. Aku bersyukur atas keluargaku, atas mereka semua.

Pada awal tahun 2011, insyaallah, bila orang dengki tidak kumat dan menginjak-injakku lagi, aku akan mendapatkan rejeki yang sudah pasti. Kesetiaan kerja 30 tahun! Pada waktu itu aku sangat berharap pangkatku yang sudah tertunda akan berjalan normal kembali, sehingga hakku yang sebenarnya akan kuterima.

Pada akhir tahun ini, seluruh jajaran pimpinan teras habis masa kekuasaannya. Akan ada pengganti-pengganti. Siapapun mereka, betapapun jeleknya akan kuterima dengan ikhlas hati. Aku akan berusaha untuk melayani mereka dengan sebaik-baiknya tanpa protes, tanpa gerutu. Tulus ikhlas.

Gusti nyuwun kawelasan, Sang Kristus nyuwun kawelasan.

Tidak ada komentar: