Bagiku,
kamis putih adalah kesempatan. Aku mendapat kesempatan untuk yang kesekian
kalinya untuk berbuat baik kepada orang lain, kepada orang di luar diriku.
Ya,
kamis putih bagiku juga kesempatan untuk mengenangkan seorang manusia, yang
memberikan diri-Nya sampai sehabis-habisnya.
Yang memberi contoh bagaimana harus hidup, tapi juga bagaimana harus
mati. Ia orang Nazaret, Yesus Kristus namanya.
Setiap
hari kamis putih akan diceritakan kembali kepada kita, betapa hebatnya, betapa
indahnya kasih yang sejati, kasih yang murni itu.
Kamis
putih adalah hari kasih yang tak terpahami, kasih yang jauh lebih besar
daripada alam semesta, kasih yang menyeluruh, kasih yang menyinari segalanya,
kasih yang membuat mujizat-mujizatnya, kasih yang indah dan sungguh-sungguh
memikat, yaitu kasih Yesus Kristus.
Kasih-Nya
itu mengandung kegembiraan, tetapi juga kesedihan, bahkan mengatasi batas
antara kesedihan dan kegembiraan itu sendiri.
Ada
kegembiraan karena pemberian ekaristi, ada kesedihan karena sengsara yang harus
dipikul-Nya: sengsara Dia sendiri dan sengsara begitu banyak orang yang
menderita dari dulu, sekarang dan masa yang akan datang.
Aku
ingin mengajak semua orang menikmati kamis putih ini, jangan dilewatkan
sedetikpun. Disini kekayaan iman ditambah dan ditambah lagi, kedalamannya
digali dan digali lagi….