Jumat, Maret 29, 2013

Kamis Putih



Bagiku, kamis putih adalah kesempatan. Aku mendapat kesempatan untuk yang kesekian kalinya untuk berbuat baik kepada orang lain, kepada orang di luar diriku.

Ya, kamis putih bagiku juga kesempatan untuk mengenangkan seorang manusia, yang memberikan diri-Nya sampai sehabis-habisnya.  Yang memberi contoh bagaimana harus hidup, tapi juga bagaimana harus mati. Ia orang Nazaret, Yesus Kristus namanya.

Setiap hari kamis putih akan diceritakan kembali kepada kita, betapa hebatnya, betapa indahnya kasih yang sejati, kasih yang murni itu.

Kamis putih adalah hari kasih yang tak terpahami, kasih yang jauh lebih besar daripada alam semesta, kasih yang menyeluruh, kasih yang menyinari segalanya, kasih yang membuat mujizat-mujizatnya, kasih yang indah dan sungguh-sungguh memikat, yaitu kasih Yesus Kristus.

Kasih-Nya itu mengandung kegembiraan, tetapi juga kesedihan, bahkan mengatasi batas antara kesedihan dan kegembiraan itu sendiri.

Ada kegembiraan karena pemberian ekaristi, ada kesedihan karena sengsara yang harus dipikul-Nya: sengsara Dia sendiri dan sengsara begitu banyak orang yang menderita dari dulu, sekarang dan masa yang akan datang.

Aku ingin mengajak semua orang menikmati kamis putih ini, jangan dilewatkan sedetikpun. Disini kekayaan iman ditambah dan ditambah lagi, kedalamannya digali dan digali lagi….

Sabtu, Maret 23, 2013

BMW



Aku punya BMW, bebek merah warnanya. Sepeda motor itu aku beli dengan uang pinjaman dari Pst. F. Vermeulen, OSC, waktu itu sebagai Pembantu Rektor II, pada September 1985. Harganya satu juta rupiah saja. Dan pinjaman itu aku lunasi dalam waktu 6 bulan....

Sepeda motor itu sampai sekarang masih aku pakai, bahkan 2 tahun terakhir ini untuk antar –jemput Yoane, anakku, ke Panin Bank, Jl. Banceu. Masih enak, “ngleses” dan nyaman. Cuma tenaga tidak sekuat dulu.

Suatu hari aku dengar seorang bapak, karyawan lama juga, bilang kepada teman sekerja yang jauh lebih muda: “jadi orang tidak usah “ngoyo”, hidup tidak usah dibuat susah, apa adanya saja....”  Lalu ia melanjutkan: “Itu lihat Pak Is. Apa sih tujuan bersepeda-motor? Supaya cepat dan selamat sampai tujuan, tapi tidak bisa ngebut karena jalanan macet...” Ternyata Bapak itu sedang menasehati temannya yang sedang mau pinjam uang kepadanya untuk membeli sepeda motor baru, sedangkan motor lamanya masih bagus, GL-Pro tahun 2003/2004.

Rupanya ada juga orang yang memperhatikan diriku. Saat aku dekati bapak itu, beliau langsung bilang bahwa hidup seperti aku ini lebih tenteram. Tidak neko-neko. Motor sudah “jadul” juga masih dipakai,  masih selalu dirawat.

Bapak itu tidak mengetahui, bahwa aku sudah lama merasa ‘risih’ karena banyak orang yang selalu menyarankan kepadaku untuk segera membeli sepeda motor baru. Mereka bilang bahwa aku ini orang “pelit”! Mereka "gemas", mungkin juga "geuleuh" melihatku bermotor jelek seperti itu...

Sementara BMW-ku baik-baik saja...