Aku punya BMW, bebek merah warnanya. Sepeda motor itu aku
beli dengan uang pinjaman dari Pst. F. Vermeulen, OSC, waktu itu sebagai
Pembantu Rektor II, pada September 1985. Harganya satu juta rupiah saja. Dan
pinjaman itu aku lunasi dalam waktu 6 bulan....
Sepeda motor itu sampai sekarang masih aku pakai, bahkan 2
tahun terakhir ini untuk antar –jemput Yoane, anakku, ke Panin Bank, Jl.
Banceu. Masih enak, “ngleses” dan nyaman. Cuma tenaga tidak sekuat dulu.
Suatu hari aku dengar seorang bapak, karyawan lama juga,
bilang kepada teman sekerja yang jauh lebih muda: “jadi orang tidak usah
“ngoyo”, hidup tidak usah dibuat susah, apa adanya saja....” Lalu ia melanjutkan: “Itu lihat Pak Is. Apa
sih tujuan bersepeda-motor? Supaya cepat dan selamat sampai tujuan, tapi tidak bisa
ngebut karena jalanan macet...” Ternyata Bapak itu sedang menasehati temannya
yang sedang mau pinjam uang kepadanya untuk membeli sepeda motor baru,
sedangkan motor lamanya masih bagus, GL-Pro tahun 2003/2004.
Rupanya ada juga orang yang memperhatikan diriku. Saat aku
dekati bapak itu, beliau langsung bilang bahwa hidup seperti aku ini lebih
tenteram. Tidak neko-neko. Motor sudah “jadul” juga masih dipakai, masih selalu dirawat.
Bapak itu tidak mengetahui, bahwa aku sudah lama merasa ‘risih’
karena banyak orang yang selalu menyarankan kepadaku untuk segera membeli
sepeda motor baru. Mereka bilang bahwa aku ini orang “pelit”! Mereka "gemas", mungkin juga "geuleuh" melihatku bermotor jelek seperti itu...
Sementara BMW-ku baik-baik saja...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar