Sabtu, Maret 23, 2013

BMW



Aku punya BMW, bebek merah warnanya. Sepeda motor itu aku beli dengan uang pinjaman dari Pst. F. Vermeulen, OSC, waktu itu sebagai Pembantu Rektor II, pada September 1985. Harganya satu juta rupiah saja. Dan pinjaman itu aku lunasi dalam waktu 6 bulan....

Sepeda motor itu sampai sekarang masih aku pakai, bahkan 2 tahun terakhir ini untuk antar –jemput Yoane, anakku, ke Panin Bank, Jl. Banceu. Masih enak, “ngleses” dan nyaman. Cuma tenaga tidak sekuat dulu.

Suatu hari aku dengar seorang bapak, karyawan lama juga, bilang kepada teman sekerja yang jauh lebih muda: “jadi orang tidak usah “ngoyo”, hidup tidak usah dibuat susah, apa adanya saja....”  Lalu ia melanjutkan: “Itu lihat Pak Is. Apa sih tujuan bersepeda-motor? Supaya cepat dan selamat sampai tujuan, tapi tidak bisa ngebut karena jalanan macet...” Ternyata Bapak itu sedang menasehati temannya yang sedang mau pinjam uang kepadanya untuk membeli sepeda motor baru, sedangkan motor lamanya masih bagus, GL-Pro tahun 2003/2004.

Rupanya ada juga orang yang memperhatikan diriku. Saat aku dekati bapak itu, beliau langsung bilang bahwa hidup seperti aku ini lebih tenteram. Tidak neko-neko. Motor sudah “jadul” juga masih dipakai,  masih selalu dirawat.

Bapak itu tidak mengetahui, bahwa aku sudah lama merasa ‘risih’ karena banyak orang yang selalu menyarankan kepadaku untuk segera membeli sepeda motor baru. Mereka bilang bahwa aku ini orang “pelit”! Mereka "gemas", mungkin juga "geuleuh" melihatku bermotor jelek seperti itu...

Sementara BMW-ku baik-baik saja...

Tidak ada komentar: