Minggu, Juni 29, 2014

Jalan Mulus



Yang namanya anak-emas itu normal. Manusiawi. Tetapi jika anak-emas menjadi segala-galanya itu namanya malapetaka!

Seorang anak-emas itu mengadu, bahwa ia tidak suka sama orang2 tertentu, dan minta agar mereka diusir. Aduan itu disampaikan setiap saat, setiap waktu, setiap hari. Hasilnya sungguh luar biasa. Seorang segera akan dipindah.

Aku risau, mencari jalan agar jangan sampai ada yang pindah jika hanya karena seseorang tidak senang. Aku harus menghadap pimpinan yang lebih tinggi, tapi bagaimana caranya agar tidak ketahuan? Tuhan pun memberi jalan: memberi tugas keluar kota. Jadi aman untuk bertemu dgn pimpinan yang dimaksud. Jalan mulus pertama tercipta.

Ternyata tidak mudah. Jalan mulus pertama gagal dilewati dengan selamat. Pimpinan tetap pada pendiriannya, akan memindahkan si korban aduan. Kami mohon jalan kedua, dan Tuhan mengabulkannya. Kami menghadap bos tempat korban akan dipindahkan. Kami minta jangan mau menerima korban di unitnya.

Jalan mulus kedua pun gagal. Kami pasrah dengan ikhlas, dengan tak henti-hentinya mohon jalan terbaik. Jawaban Gusti sangat melegakan hati kami. Si korban tidak jadi dipindahkan, karena di tempat baru tersebut belum bernama. Alhasil, korban tetap di tengah-tengah kami, walau ada pekerjaan tambahan.

Syukur kami haturkan kehadirat-Mu, Tuhan langit dan bumi…
Suatu saat aku ingin melihat orang kualat…

Amin.

Minggu, Juni 22, 2014

Hebat



Sekarang aku akan menulis tentang kehebatan anak muda di dekatku. Kami ini bekerja pada lembaga pedidikan tinggi. Maka kepada para pembaca kami beritahukan bahwa sudah layak dan sewajarnya jika pekerjaan pokok kami adalah melayani mahasiswa.

Tetapi apa lacur? Mereka, yang hebat itu, yang masih muda belia itu, yang pinternya sundul langit itu, menolak untuk melayani mahasiswa. Lalu? Menjauh dari loket pelayanan. Berlagak sebagai orang kantoran, yang bekerja di belakang meja. Gaya.

Orang-orang muda lain bertanya kepada mahasiswa yang datang di kantor itu dengan nada sinis: “mau apa kalian kesini?” Mahasiswa merasa terusir. Mereka datang ke kantor yang mestinya melayani mereka dengan baik, tetapi mereka diusir.  Dan mereka mengadu sampai yayasan. Apakah ada tindakan konkrit dari yayasan? Tentu tidak! Mereka hanya bisa geleng-geleng kepala seperti orang pusing.

Kapan-kapan akan kutulis hal-hal positip. Semoga ada...

Minggu, Juni 15, 2014

Perubahan



Sudah lama saya tidak menulis. Walaupun digoda terus untuk menulis, tapi kemalasan telah mengalahkan segalanya. Sekarang begitu ingin menulis, tema-tema hangat telah menjadi es batu.

Ternyata sudah terjadi perubahan luar biasa di sekitarku. Temanku, terutama yang masih muda, yang sering aku sebut sebagai  “bayi kemarin sore”, sudah memiliki jabatan. Masa kerjanya belum lima tahun. Pekerjaannya juga luar biasa, yaitu jalan-jalan.

Teman-temanku yang sudah sepuh memandang dengan sinis. Tetapi mereka sadar bahwa orang muda itu sekedar menikmati kebesaran instansi ini. Mereka tidak menanam tetapi tiba-tiba menuai. Mereka tidak membuat, tapi diberi hak penuh untuk memakai, semaunya!

Lalu teman-tuaku itu menemukan jawabannya. Pimpinan yang telah membiarkan hal ini semua terjadi. Mereka maklum, karena pimpinannya juga masih tergolong “bayi kemarin sore”. Mereka juga tinggal menikmati apa saja yang telah ada tanpa harus bekerja keras. Mereka sekedar ditunjuk dan kejatuhan nasib-baik.

Bagaimana nasib para pekerja yang telah berjuang dan bermandikan peluh? Mereka harus menyingkir karena umur sudah tua. Mereka harus tulus ikhlas memberikan keberhasilan itu kepada orang-orang muda yang jauh lebih pandai. Orang-orang muda itu harus segera memegang pemerintahan ini. Mereka cakap, pendidikannya minimal strata-2, master. Sedangkan orang tua itu sudah bau tanah! Itu sudah hukum alam.

Selamat menikmati keberhasilan anak muda... keberhasilan dari orang-orang tua-renta ini....