Mohon maaf Romo, karena saya tidak memohon ijin terlebih dahulu...
Catatan Minggu, 26 Maret 2017
HARI MINGGU PRAPASKAH IV
Injil: Yohanes 9:1-41
Syalom aleikhem.
Saya melihat apa yang tampak, dan saya keliru. Ini
pengalaman saya waktu merayakan Misa perdana di rumah orangtua di Kalasan.
Setelah Misa, umat menyalami saya. Tibalah giliran seorang bapak 50-an yang tak
saya kenal. Agak kumuh bapak itu. Saya terima jabat tangannya dengan sedikit
cuek. Saya tak kenal, kumuh pula dia! Ayah saya berbisik, “Itu pastor paroki
kita.” Oh my God! Romo! Saya telah salah. Saya hanya memandang kulit luar. Dan
saya menyesal. Sejak hari itu saya berjanji dalam hati tidak akan berbuat
demikian lagi.
Orang
cenderung melihat hanya apa yang tampak. Ternyata sikap seperti itu terbukti
sering keliru. Contoh: (1) saya, (2) orang Farisi, (3) Samuel. Kisah saya sudah
anda dengar. Orang Farisi dalam Bacaan Injil melihat hanya yang tampak.
Pandangan mereka meleset. Mereka gagal mengenali Sang Penyelamat. Demikian juga
Samuel dalam Bacaan Pertama. Ia melihat kulit, bukan hati. Dan ia salah pilih.
Ada contoh lain yang saya dengar sendiri. Ini kisah nyata seorang umat. Ia
karyawan baru. Suatu pagi ada orang duduk di kursi kerjanya. Ia langsung
marah-marah. Ternyata yang duduk itu pemilik perusahaan. Besoknya si karyawan
pensiun dini.
Manusia
melihat apa yang tampak, melihat kulit. Tuhan lain, Ia melihat hati. Itulah
cara kerja Tuhan. Kita diajari mengikuti cara kerja Tuhan. Mari kita melihat
hati, bukan melihat kulit. Mari memandang sesama kita dengan “adil”. Artinya,
tidak merendahkan sesama dalam pikiran dan hati. Orang beriman tak akan menilai
sesamanya hanya dari apa yang tampak. Dasarnya ini: jangan-jangan Tuhan
berbicara sesuatu kepada kita lewat sesama yang tampaknya kumuh, cacat, jijay,
dsb.
Dari
Injil kita tahu, Tuhan memakai si pengemis buta untuk memperkenalkan Sang
Juruselamat. Namun, para Farisi tidak mampu melihat hati. Mereka hanya melihat
kulit. “Siapa sih lo? Orang berdosa ngajarin kita!” kata mereka. Dan
selanjutnya mereka gagal memperoleh keselamatan.
Tuhan
menyapa kita lewat aneka peristiwa dalam hidup. Kalau kita salah melihat,
petunjuk Tuhan lewat, dan kita kehilangan keselamatan, kita gagal mengenali
cinta Tuhan. Orang Farisi gagal mengenali Yesus. Saya juga pernah gagal. Sejak
itu, saya memperbaiki diri. Bagaimana dengan Anda?
Rev. D. Y. Istimoer Bayu Ajie
Pembaca Alkitab