Pendukung Sepak Bola
Para pendukung Team Sepak Bola yang fanatik sering tidak
terima jika kesebelasannya kalah. Mereka pasti menyalahkan orang lain. Mereka
akan mencari kesalahan pada orang lain: wasit, hakim garis, penonton, kondisi
lapangan, cuaca, angin, dan seterusnya.
Mereka menuduh wasitnya berat sebelah, menerima suap, main
mata dengan kesebelasan lawan, tidak jeli, tidak berani (takut kepada pemain
lawan), ragu-ragu dan tidak tegas, lamban dalam memutuskan hukuman, dan
seterusnya. Demikian pula hakim garisnya, sama saja dengan sang wasit.
Penonton juga disalahkan. Mereka terlalu gaduh dan
mengganggu konsentrasi para pemain; Lalu kondisi lapangan dikatakan tidak
bagus, banyak rumput yang mati tidak dirawat yang menyebabkan pemainnya sering
terpeleset dan jatuh, terutama jika sedang atau sehabis hujan. Lapangan di
sebelah sana itu terlalu banyak angin, bola tidak bisa diarahkan.
Pemain lawan bermain kasar, tackling-tackling yang keras,
dan sering main sandiwara dengan berpura-pura kesakitan sehinga pemain
kesayangannya mendapat hukuman dari wasit.
Begitulah cara pandang para pendukung itu, juga team
pelatihnya. Mereka selalu mencari kesalahan orang dan pihak lain. Mereka tidak
bisa mengoreksi diri sendiri. Mereka menganggap teamnya benar-benar sempurna, tanpa kesalahan, tidak ada kekurangan.
Mereka anti kritik. Jika dikritik sedikit saja mereka sangat tersinggung dan
akan marah besar.
Mereka juga anti pengembangan diri. Kebiasaan-kebiasaan
selalu dipertahankan tidak boleh diganggu-gugat. Mereka menilai bahwa
kebiasaan-kebiasaan yang ada di team adalah kebiasaan yang paling benar. Harga mati!
Akhirnya mereka memperkuat kelompoknya sendiri untuk
membenci kelompok lain. Kelompok lain itu salah, yang benar hanya kelompoknya
sendiri. Mereka lalu memusuhi kelompok lain, mencari celah untuk memfitnah, dan
seterusnya…
Begitulah gambaran tentang fanatisme itu.
(kapan-kapan akan kulanjutkan)