Minggu, Maret 28, 2010

SARASEHAN

Syukur pada Allah, bahwa akhirnya pada hari Sabtu, 20 Maret 2010, Yayasan menyelenggarakan sarasehan dengan para tenaga penunjang atau tenaga adaminstrasi atau tenaga non-pengajar. Pada awal kepemimpinan yang sekarang pun pernah diadakan acara serupa dengan tema serupa tetapi dalam suasana tegang di bawah wajah2 garang dan galak siap menerkam siapapun yang memgeluarkan kritikan.

Karena dari awal acara sudah dipersilakan untuk mengeluarkan uneg2, dari yang halus sampai dengan yang kasar, maka para peserta tidak ragu-ragu untuk memberikan koreksi dan masukan demi perbaikan dan kebaikan bagi semua warga.

Diberikan waktu hampir 2 jam untuk dialog itu, tetapi dirasakan sangat tidak cukup. Masih banyak acungan tangan minta waktu untuk bicara, tetapi waktu sudah menunjukkan pukul 11.30, mederator langsung memberikan microphone kepada Pst. Anton. Untuk itu dipersilakan para peserta yang masih ada uneg-uneg dan belum sempat diutarakan untuk menuliskannya dan menyerahkan kepada beliau.

Untuk itulah saya menulis ini untuk menumpahkan isi pikiran saya:

  1. Saat ini terkenal dengan istilah POLICY OF NO POLICY. Kelihatannya memiliki aturan, padahal tidak. Seolah-olah memiliki karya, padahal tidak. Kelihatannya bekerja padahal tidak!
  2. Mohon dibenahi jurang perbedaan antara dosen dan non-dosen. Kesan bahwa dosen adalah masyarakat kelas 1 dan non-dosen adalah masyarakat kelas 2 telah meluas. Dan tentu saja ini pandangan yang amat “tidak pantas”.
  3. Mohon ditertibkan dosen yang seenaknya masuk kantor.
  4. Mohon diatur dengan jelas tugas, kewajiban dan tanggung jawab dosen. Banyak dosen yang panggilannya bukan sebagai dosen, tetapi di Unpar hanya sekedar mencari makan. Mereka tidak becus mengajar, mencelakai nasib mahasiswa (memberi nilai dengan tidak bertanggung jawab, misalnya angka 79,6 tidak membulatkan menjadi 80, sehingga nilai akhir mahasiswa tsb. menjadi hanya B!); memberikan nilai terlambat 1 semester atau bahkan lebih, terlalu banyak mengajar di luar Unpar, atau mengajar sampai 24 sks, dst…dst…
  5. Mohon tunjangan kesehatan dikembalikan kepada SK tahun 1983! Orang sehat diberi tunjangan seperti orang sakit adalah aneh! Itu hanya ke-iri-an yang membabi buta. Itu komunis!
  6. Gratiskan kembali parkir di dalam kampus. Keluhan mahasiswa dan orang tua serta masyarakat tentang hal ini sudah sangat banyak. Gratiskan dan tertibkan.
  7. Prestasi yang luar biasa adalah jumlah karyawan yang di-PHK. Beberapa dari mereka merupakan kesalahan pimpinan sendiri, tetapi orang “kecil” jualah yang menjadi sasaran/korban PHK. Hal ini sungguh menjadi keprihatinan banyak orang, hanya mereka tidak berani terus terang karena takut. Perlu aturan jelas juga reward and punishment yang akan dipegang.
  8. Mahasiswa selalu menuntut fasilitas kemahasiswaannya. Tetapi kelihatannya universitas tidak memiliki prioritas. CCTV malah didahulukan, dan sekaligus penumpukan anggota Satpam out-sourching. Pertanyaannya: mengapa sampai rangkap-rangkap seperti itu?
  9. Setuju sekali untuk segera dibenahi pada semua sistem. Sekarang telah terjadi “kekeringan” di antara karyawan. Sikap apatis sudah menjalar: teman-teman yang dahulu bersemangat tinggi, bermotivasi bagus, sekarang loyo. Semangat dan motivasi terbunuh oleh sikap pimpinan sendiri.
Terima kasih sekali lagi atas kesempatan ini.
(tulisan ini rangkuman dari tulisan2 saya di: http://home.unpar.ac.id/~isnar/isnary.html)

Minggu, Maret 21, 2010

UMB PTS

Kita mengenal istilah Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Itu testing atau ujian saringan masuk bagi calon mahasiswa di perguruan tinggi negeri. Dahulu ada SIPENMARU, PERINTIS, UMPTN.

Sejak tahun 2009, ada SPMB PTS: Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru untuk calon mahasiswa perguruan tinggi swasta. Mereka menyebutnya UMB: Ujian Masuk Bersama. Sungguh-sungguh merupakan kreativitas orang jaman sekarang untuk mencari uang. Serba di-“ulik”.

Pada tahun 2009, SMPB PTS dilakukan secara manual, baik pendaftaran calon peserta testing maupun sistem ujiannya. Calon harus membayar formulir dan biaya ujian sebesar Rp. 225.000,- di BNI. Bukti pembayaran tersebut ditukarkan dengan formulir pendaftaran. Setelah formulir pendaftaran diisi, didaftarkan di PPL (Panitia Penyelenggara Lokal).

Jumlah peserta sangat minim. Ini proyek sangat merugi. Dari biaya Rp. 225.000,- tersebut dikembalikan kepada masing-masing universitas sebesar Rp. 75.000,- Biaya sebesar Ro. 75.000,- ini dimaksudkan untuk institusional fee sebesar Rp. 25.000,- dan untuk pelaksanaan ujian Rp. 50.000,-

Dengan biaya yang sangat minim, penyelenggaraan di tiap universtias berjalan baik. Pada tahun 2009 itu diadakan sebanyak 2 gelombang.

Sadar akan kerugian besar di tahun 2009, para profesor itu memutar otak. Pada tahun 2010, sistem pendaftaran maupun testnya menggunakan sistem on-line, dengan mengandalkan teknologi informasi. Tahun ini direncanakan 4 gelombang ujian. Gelombang 1 berlangsung pada bulan November 2009, gelombang 2 pada bulan Februari 2010 dan gelombang 3 direncanakan pada bulan Juli 2010, serta pada awal Agustus dilaksanakan gelombang ke 4.

Sampai UMB PTS gelombang 2 jumlah peserta masih jauh di bawah harapan. Oleh karena itu besarnya dana penyelenggaraan pun "dicukup-cukupkan", disesuaikan dengan jumlah calon yang mendaftar. Namun dengan tanpa “tedeng aling-aling” seseorang meminta jatah “honor”. Ini sudah dikemukakan beberapa kali. Maka dengan “mengurangi” honor staf sekretariat PPL, “beliau” diberi “honor”.

Apa yang terjadi sungguh sangat mencengangkan. “Beliau” malah juga minta jatah untuk UMB gelombang 1 dan gelombang 2 tahun 2009 dan gelombang 1 tahun 2010.

Dengan tergopoh-gopoh Sekretaris PPL menciptakan 3 amplop lagi sebagai tambahan, semacam rapel 2 kali penyelenggaraan di tahun 2009 dan sekali 2010.

Apa komentar Anda?

Minggu, Maret 14, 2010

PENJALA MANUSIA

Tugas 4 Public Speakinhg: Lukas 5:1-11

Pesan : Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia

Saudara-saudara yang terkasih,
Sering kali kita merasa malu karena bersalah. Sering kali kita merasa menyesal dan tak henti-hentinya minta maaf dan mohon ampun. Dengan berbagai cara kita berusaha untuk memperbaiki perbuatan kita, agar kita dimaafkan. Katakan saja kita pernah bersalah terhadap seorang sahabat. Rasanya sangat tidak enak bertatap muka dengan orang yang pernah kita sakiti, dimana kita pernah berbuat dosa terhadapnya.

Lebih-lebih terhadap mereka yang pernah kita sakiti tetapi selalu bersikap baik kepada kita. Kita akan merasa lebih malu lagi. Dan sering kali kita menghindar untuk bertemu dengan mereka.

Demikian juga yang dialami Petrus. Ia beberapa kali jatuh dan sebanyak itu pula selalu ditangkap dan ditolong oleh Yesus. Petrus malu dan tersipu-sipu dan bersimpuh di depan Yesus sambil berkata: Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.

Petrus pernah akan tenggelam ke dalam air laut karena tidak percaya bisa berjalan di atas air sesuai dengan yang diperintahkan oleh Yesus. Dan sekarang Petrus tidak percaya ketika diminta bertolaklah ke tempat yang dalam. Ia merasa sangat bersalah telah tidak mempercayai Yesus. Rasanya ia ingin lari dari hadapan-Nya. Ia sangat malu. Tetapi Yesus berkata: "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia."

Petrus, yang pada awalnya menjala ikan untuk kepentingan hidupnya, untuk menafkahi keluarganya. Tidak terbayang oleh Petrus, bahwa ia harus menangkap ikan demi ikan itu, untuk menyelamatkan tangkapannya. Sekarang ia harus menjala manusia bukan untuk keperluan hidupnya sendiri, melainkan untuk menyelamatkan yang dijala, yang ditangkap, yaitu orang-orang berdosa, orang-orang yang belum bertobat.

Saudara-saudara yang terkasih,
Kita pun, setiap saat diminta oleh Yesus untuk bertolak ke tempat yang dalam, ke dalam kedalaman hidup kiita. Lebih-lebih pada masa Prapaska kali ini pun Yesus mengetuk hati kita untuk introspeksi ke dalam diri. Sampai sekarang pun kita selalu dijala dan ditangkap oleh Yesus, terutama bila iman kita mulai goyah, bila kita hampir tenggelam, bila kita mulai mau menyangkal-Nya.

Dan setelah kita dijala dan ditangkap oleh Yesus, kita dijadikan penjala manusia. Demikianlah melalui pembabtisan, kita telah ditangkap, telah dijala oleh Yesus. Sebagai orang yang telah dijala dan ditangkap bagaikan ikan, kini kita diberi tugas : "Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia."

Sekarang kita dijadikan penjala manusia, melalui karya kita, melalui hidup kita sehari-hari, melalui bakat dan kemampuan kita masing-masing. Apakah hidup Petrus berubah setelah ditangkap oleh Yesus? Sudah pasti. Kini, kita pun tak bisa berdiam diri, hidup kita telah diubah, dan dengan demikian mau tidak mau kita harus berubah. Dengan demikian, semoga makin hari kita semakin menjadi penjala manusia yang baik, yang menghasilkan tangkapan yang banyak, yang sampai memohon bantuan nelayan lain untuk membantu mengangkat tangkapan kita.

Saudara-saudara yang terkasih,
Semoga kita pun mampu membantu Gereja dalam pelaksanaan tugas karya penangkapan ikan dan penggembalaan para imam. Bila kita bersama Yesus, hasil tangkapan kita akan selalu besar.
Amin.