
Karena dari awal acara sudah dipersilakan untuk mengeluarkan uneg2, dari yang halus sampai dengan yang kasar, maka para peserta tidak ragu-ragu untuk memberikan koreksi dan masukan demi perbaikan dan kebaikan bagi semua warga.
Diberikan waktu hampir 2 jam untuk dialog itu, tetapi dirasakan sangat tidak cukup. Masih banyak acungan tangan minta waktu untuk bicara, tetapi waktu sudah menunjukkan pukul 11.30, mederator langsung memberikan microphone kepada Pst. Anton. Untuk itu dipersilakan para peserta yang masih ada uneg-uneg dan belum sempat diutarakan untuk menuliskannya dan menyerahkan kepada beliau.
Untuk itulah saya menulis ini untuk menumpahkan isi pikiran saya:
- Saat ini terkenal dengan istilah POLICY OF NO POLICY. Kelihatannya memiliki aturan, padahal tidak. Seolah-olah memiliki karya, padahal tidak. Kelihatannya bekerja padahal tidak!
- Mohon dibenahi jurang perbedaan antara dosen dan non-dosen. Kesan bahwa dosen adalah masyarakat kelas 1 dan non-dosen adalah masyarakat kelas 2 telah meluas. Dan tentu saja ini pandangan yang amat “tidak pantas”.
- Mohon ditertibkan dosen yang seenaknya masuk kantor.
- Mohon diatur dengan jelas tugas, kewajiban dan tanggung jawab dosen. Banyak dosen yang panggilannya bukan sebagai dosen, tetapi di Unpar hanya sekedar mencari makan. Mereka tidak becus mengajar, mencelakai nasib mahasiswa (memberi nilai dengan tidak bertanggung jawab, misalnya angka 79,6 tidak membulatkan menjadi 80, sehingga nilai akhir mahasiswa tsb. menjadi hanya B!); memberikan nilai terlambat 1 semester atau bahkan lebih, terlalu banyak mengajar di luar Unpar, atau mengajar sampai 24 sks, dst…dst…
- Mohon tunjangan kesehatan dikembalikan kepada SK tahun 1983! Orang sehat diberi tunjangan seperti orang sakit adalah aneh! Itu hanya ke-iri-an yang membabi buta. Itu komunis!
- Gratiskan kembali parkir di dalam kampus. Keluhan mahasiswa dan orang tua serta masyarakat tentang hal ini sudah sangat banyak. Gratiskan dan tertibkan.
- Prestasi yang luar biasa adalah jumlah karyawan yang di-PHK. Beberapa dari mereka merupakan kesalahan pimpinan sendiri, tetapi orang “kecil” jualah yang menjadi sasaran/korban PHK. Hal ini sungguh menjadi keprihatinan banyak orang, hanya mereka tidak berani terus terang karena takut. Perlu aturan jelas juga reward and punishment yang akan dipegang.
- Mahasiswa selalu menuntut fasilitas kemahasiswaannya. Tetapi kelihatannya universitas tidak memiliki prioritas. CCTV malah didahulukan, dan sekaligus penumpukan anggota Satpam out-sourching. Pertanyaannya: mengapa sampai rangkap-rangkap seperti itu?
- Setuju sekali untuk segera dibenahi pada semua sistem. Sekarang telah terjadi “kekeringan” di antara karyawan. Sikap apatis sudah menjalar: teman-teman yang dahulu bersemangat tinggi, bermotivasi bagus, sekarang loyo. Semangat dan motivasi terbunuh oleh sikap pimpinan sendiri.
(tulisan ini rangkuman dari tulisan2 saya di: http://home.unpar.ac.id/~isnar/isnary.html)