Jumat, Agustus 02, 2013

Mendengarkan Cinta



Manusia memang makhluk rumit. Dan suka aneh sendiri. Hal-hal yang ingin diomongin, atau yang harus kita bilang, justru malah nggak pernah kita ungkap. Parahnya lagi, kita terbiasa pakai simbol-simbol atau kata-kata lain buat menunjukkan arti sebenarnya, seringnya maksud kita itu jadi nggak terkomunikasikan dan bikin orang lain ngerasa bete, nggak disayang, nggak dihargai.


Iya sih, ada saat-saat kita ngerasa nggak nyaman mengekspresikan cinta yang kita rasa. Karena takut mempermalukan orang lain, atau mempermalukan diri kita sendiri, kita ragu buat bilang, "I love you". Jadinya, kita menyampaikan perasaan itu lewat kata-kata yang lain; "jaga diri baik-baik", "belajar yang bener", "hati-hati di jalan", “cepet sembuh ya...”, "jangan ngebut", "jangan lupa makan".


Tapi sebenernya, itu cuma opsi-opsi lain dari perkataan yang sesungguhnya; "saya sayang kamu", "saya peduli sama kamu", "kamu sangat berarti buat saya", "saya nggak mau kamu terluka"


So, nggak ada salahnya kita coba MENDENGARKAN CINTA lewat kalimat-kalimat yang dikatakan orang lain. Ungkapan eksplisit itu penting, tapi bagaimana kita mengungkapkannya bisa jadi jauh lebih penting. Setiap pelukan bermakna cinta meski kata-kata yang keluar sangat berbeda. Setiap perhatian yang diberikan orang lain menyimpan cinta walau bentuknya kaku, atau mungkin kasar. Yang pasti, kita harus mencari dan mendengar cinta yang ada di baliknya.


Kita mengungkapkan cinta dalam banyak cara - hadiah ulang tahun, pesan-pesan kecil, dengan senyuman, dengan air mata. Cinta nggak hanya ada dalam kata-kata, tapi juga dalam diam. Dan seringkali kita menunjukkan cinta dengan memaafkan orang yang nggak mau mendengar cinta yang kita sampaikan.


Masalah dalam "mendengarkan cinta" adalah kesulitan dan keterbatasan kita untuk mengerti bahasa cinta yang dipakai orang lain. Yang kerap terjadi, kita jarang mendengarkan orang lain. Kita mendengar kata-kata, tapi kita nggak mempertimbangkan ekspresi atau tindakan-tindakan yang mengiringi kata-kata itu. Sering juga kita cuma bisa mendengar hal-hal negatif, penolakan, kesalahpahaman dan mengabaikan cinta yang menjadi dasarnya.


Dengerin deh cinta-cinta yang ada di sekitar kita. Kalo kita bener-bener berusaha mendengarkan, kita bakal temui bahwa kita sebenarnya memang dicintai. Mendengarkan cinta bisa membuat kita sadar bahwa dunia ini adalah tempat yang begitu indah.


Bukanlah kehadiran atau ketidakhadiran yang penting; kita nggak perlu merasa kesepian meski kita sedang sendiri. Sendiri itu perlu, lho. Dan itu jangan sampe membuat kita jadi kesepian. Yang jadi masalah bukan berada bersama seseorang, tetapi berada untuk seseorang.


Satu lagi, tetaplah dekat dengan kawan dan keluarga, karena mereka udah berjasa membangun diri kita yang sekarang. Cinta memang ada untuk ditebarkan. Dan saat cinta yang kita berikan diterima, atau dibalas, itulah saat hidup menjadi penuh makna.


(sementara ini aku cuma mampu mengucap doa:
“hidup rapuh ini Kau kehendaki.....ya Tuhan….

(dan tulisan ini disadur dari SUMMA, St. Laurentius, Bandung)

Sabtu, April 27, 2013

Neraka

Ternyata di neraka sekarang enak. Tidak panas, seperti ada AC.  Tidak ada api. Juga tidak ada malaikat-malaikat yang berwajah galak, sadis dan menakutkan. Pun tidak ada kemarahan...

Tapi nanti dulu. Tidak lama diam di salah satu ruang tamu di neraka itu, kok ada perasaan aneh. Tiba-tiba orang-orang mulai diam, malas sekali untuk berbicara dengan orang lain. Mereka sibuk ngobrol dengan pikiran masing-masing.

Ternyata di ruang tamu itu mereka terjebak. Ruangan itu tidak ada pintu. Lama-lama menjadi gelap, tak ada seberkas sinar sedikitpun yang masuk. Di sekeliling ruangan melulu tembok. Tidak ada pintu. Tidak ada jalan keluar. 

Baru tahu sekarang, ternyata neraka adalah diri kita sendiri. Siksaan yang paling berat dan mengerikan bukan dilakukan oleh malaikat-malaikat yang bermuka keji, tetapi tiadanya jalan keluar. Ketika tidak ada seberkas sinar sedikitpun. Ketika dalam kegelapan.

Kalau saja kita mau saling membukakan pintu, saling membagi terang, saling menyinari, saling membantu mencari jalan keluar, neraka itu tidak ada!

Semoga.

Sabtu, April 20, 2013

Honor 2

Koordinator Pelaksana sebuah kepanitiaan bingung. Dia bertanya kepada setiap orang yang lewat. Kebingungan dan kepusingan. Semua mandeg, stop, berhenti untuk sementara.

Apa pasalnya? O...ternyata ada nama baru di dalam kepanitiaan itu! Waduh....dia seorang pejabat!  Mau dikasih honor berapakah dia? Tak mungkin tidak diberi honor. Tapi apa pekerjaannya? Bekerja di belakang layar? Hebat, karena tak seorangpun mengetahui apa yang dikerjakannya, karena dia bekerja di belakang layar!

Kepanitaan itu sudah berlangsung sejak tahun 1983, belum pernah memberi honor orang yang bekerja di belakang layar. Terus bagaimana dong? Ternyata (kata seorang anak buahnya), ia harus diberi honor karena tanggung jawabnya. Tapi, apa yang harus dipertanggung-jawabkan? Dia toh tidak paham, tidak mengerti? Jenis pekerjaan itu sangat asing baginya.

Begini saja, kata stafnya. Ia harus diberi honor karena jabatannya! Walaupun itu jabatan sehari-hari di luar kepanitiaan itu. Walaupun tak pernah bekerja! Walaupun hanya nama saja tercantum di dalam kepanitiaan itu! Walaupun tidak mengetahui tugasnya apa! Walaupun!

Keruwetan itu berawal dari pengalihan beberapa orang dari sebuah unit ke unit pejabat yang bersangkutan. Beberapa staf itu sudah lama terlibat dalam kepantiaan ini. Jika stafnya masuk dalam kepanitiaan, maka pejabatnya pun harus dimasukkan ke dalam kepanitiaan itu, dan kedudukannya pun harus lebih tinggi, karena jabatannya, walaupun kosong-mlompong tidak mengetahui apa-apa tentang pekerjaan itu!

Ya sudah. Jangan ribut, jangan kasak-kusuk.
Maka aku hanya bisa mencatat, tanpa menghujat dan mengumpat....

Minggu, April 14, 2013

Honor



Kalau sudah menjadi penyakit kronis, sulit untuk bisa disembuhkan. Lebih-lebih bila penderita sudah cukup umur. Penyakitnya itu sudah mendarah-daging, bahkan sudah mengeluarkan “bisa” atau “bakteri” yang mematikan dan dapat membunuh siapapun juga! 

Setiap ada penggantian pejabat, ia selalu mencekoki informasi yang dilipat-lipat. Tujuannya agar pimpinan merubah kebijakan  dari yang “positif” menjadi “negatif”.

Tidak terkecuali terhadap pimpinan yang sekarang. Mereka telah menetapkan bahwa honor sebuah kepantiaan akan dihapuskan. Ketika koordinator pelaksana mengusulkan tarif honor baru, pimpinan kelabakan. Tidak berani (dibaca “tidak tega”) langsung menolak, tetapi berputar-putar, untuk menunda tarif honor itu, dan akhirnya bisa menolaknya!

Aku jadi ingat akan sebuah memo yang ditulis beberapa tahun yang lalu. Modus untuk setiap penggagalan sebuah kebijakan selalu begitu. Selalu terlalu mudah untuk ditebak bagaimana “bisa” itu meracuni dan membunuh. Itu sudah dari dulu!

Jika honor diputuskan tidak ada lagi, aku mengusulkan agar semua pekerjaan dibebankan kepadanya, atau setidak-tidaknya kepada unitnya!

Sementara itu, penyakitnya tetap ada untuk selama-lamanya. Tidak bisa diobati, karenanya tidak bisa sembuh, kecuali oleh dirinya sendiri, tentu berkat anugerah Allah...

Sabtu, April 06, 2013

Perubahan



(tulisan ini berasal dari sebuah pembicaraan dari golongan bawah)

Sudah dua tahun pimpinan baru. Tahun depan sudah tahun ke tiga. Tinggal satu tahun saja memimpin. Tapi belum satu pun perubahan yang dilakukan. Rencana paling spektakuler adalah  pemecahan biro. Dari satu biro dipecah menjadi dua biro. Juga menciptakan biro/kantor baru.

Tetapi apa yang terjadi? Sepertinya pimpinan bekerja tanpa konsep, tanpa rencana. Seperti pemerintahan yang galau, yang panik:

Menjual semua kendaraan, lalu menyewa (rental) 15 unit. Mulai bulan April 2013 meniadakan antar jemput para pejabat. Membiarkan para sopir yang biasanya antar jemput menjadi “kleleran”.

Boro-boro perubahan besar, yang paling kecil dan sudah sangat diharapkan oleh semua orang sejak lama pun tidak dilaksanakan, yaitu mengganti sekurang-kurangnya dua kepala biro! Masih ada seorang kepala biro yang kemampuannya jauh di bawah.

Satu-satunya perubahan adalah mengganti seorang kepala biro yang mengundurkan diri dengan orang yang hampir tidak bisa diterima oleh mayoritas. Mengapa? Karena hanya dilihat dari sisi intelektualitas!

(bocoran yang kudengar adalah bahwa perubahan-perubahan itu baru akan dilaksanakan pada bulan Juni 2013)

Jumat, Maret 29, 2013

Kamis Putih



Bagiku, kamis putih adalah kesempatan. Aku mendapat kesempatan untuk yang kesekian kalinya untuk berbuat baik kepada orang lain, kepada orang di luar diriku.

Ya, kamis putih bagiku juga kesempatan untuk mengenangkan seorang manusia, yang memberikan diri-Nya sampai sehabis-habisnya.  Yang memberi contoh bagaimana harus hidup, tapi juga bagaimana harus mati. Ia orang Nazaret, Yesus Kristus namanya.

Setiap hari kamis putih akan diceritakan kembali kepada kita, betapa hebatnya, betapa indahnya kasih yang sejati, kasih yang murni itu.

Kamis putih adalah hari kasih yang tak terpahami, kasih yang jauh lebih besar daripada alam semesta, kasih yang menyeluruh, kasih yang menyinari segalanya, kasih yang membuat mujizat-mujizatnya, kasih yang indah dan sungguh-sungguh memikat, yaitu kasih Yesus Kristus.

Kasih-Nya itu mengandung kegembiraan, tetapi juga kesedihan, bahkan mengatasi batas antara kesedihan dan kegembiraan itu sendiri.

Ada kegembiraan karena pemberian ekaristi, ada kesedihan karena sengsara yang harus dipikul-Nya: sengsara Dia sendiri dan sengsara begitu banyak orang yang menderita dari dulu, sekarang dan masa yang akan datang.

Aku ingin mengajak semua orang menikmati kamis putih ini, jangan dilewatkan sedetikpun. Disini kekayaan iman ditambah dan ditambah lagi, kedalamannya digali dan digali lagi….