Sabtu, Juli 26, 2014

She is working alone



Mana stafnya yang hebat itu? Mana? Kok dia bekerja seorang diri? Selama ini tak pernah kulihat ia bekerja seorang diri. Tak pernah kulihat.

Biasanya ada yang membantu membawakan laptopnya, biasanya saya lihat ada yang membantu mencari stop-kontak untuk menyalakan laptopnya,  ada yang membatu membuat notulisnya, membantu mengetik hasil-hasil rapat.

O, ternyata orang yang biasa membantu tidak disertakan lagi dalam rapat evaluasi kali ini. Ia digantikan oleh anak muda yang hebat! Tapi, kenapa she work alone? Karena dari awal orang yang ditunjuk untuk membantu, perginya tidak bersama-sama dengan orang yang harus dibantu, tetapi malah ikut mobil unit lain. Akibatnya seperti yang aku lihat: dia mengangkat-angkat laptop dan dos-dos perlengkapan sekretariat, seorang diri!

Barangkali pada siang harinya anak muda ini akan membantu. Tetapi setelah makan siang justru tidak nampak batang hidungnya. Tanya kanan-kiri ternyata ia diijinkan pulang duluan. Aduh, syukur kepada Allah, karena di kantor dalam keadaan kosong, dan ia diperbolehkan pulang ke kantor duluan.

Sementara di ruang rapat tetap saja she working alone, ia harus melaporkan pekerjaannya, tapi juga harus menjadi notulis. Sampai malam hari, pada saat rapat selesai, ia menggulung kabel sendiri, menutup dan melipat, packing bawaan, dan mengangkuti barang2 ke mobil yang menjemput, seorang diri.

Si anak muda kembali ke kantor dan bebas bermesraan bersama sang pacar (harap diketahui bahwa pacarnya adalah karyawan dari ruangan sebelah).
Sungguh mengenaskan pengalaman hari itu…

Minggu, Juli 13, 2014

Tidak Betah



Sejak awal sudah minta pindah tempat, katanya karena di tempat itu dekat dengan loket pelayanan. Yang kedua, tempat itu dekat dengan orang-orang yang tidak dia sukai.

Alasan terkuat pertama sudah berhasil dihindari, dihilangkan. Sekarang masih ada alasan kedua. Bagaimana cara menghidarinya?

Jika setiap turun hujan batu itu tertetesi air terus menerus pada sisi yang sama, batu itu akan berlubang juga. Jika seseorang dimitai hal yang sama terus menerus, betapapun kerasnya pendirian orang itu dan betapapun kuat bentengnya, ia luluh juga: Ia mengabulkan permintaan itu! Seorang teman kerja akan pindah.

Sementara itu diluar hiruk pikuk masalah di atas, ternyata ada pemandangan indah. Orang itu kelihatan sangat pendiam. Sering sekali aku “say hello” karena merasa kasihan. Ia juga sering sekali meninggalkan tempat duduknya. Sering sekali ia tidak kelihatan di tempat dalam jangka waktu yang lama.

Jika ada tamu tertentu, ia sangat hidup, ceria, bahagia tak terkira.
Ada pemandangan yang lebih indah tatkala kita pergi keluar bersama unit lain. Ia kelihatan sangat happy, bukan bersama teman se-unit, tetapi di tengah2 unit lain itu. Pada jam-jam istirahat, jam makan, ia selalu berbunga-bunga di tengah-tengah teman unit lain itu.

Ia kembali “mati” saat harus berkumpul dengan teman-teman se-unit. Sungguh amat kasihan. Ternyata ia sendiri yang sangat tidak betah, sangat tidak kerasan!

Rabu, Juli 02, 2014

Babak Baru Keuskupan Bandung: Kilas Balik tentang Mgr. Antonius Subianto Bunyamin OSC (1)



By Romo Ferry Sutrisna Widjaja Pr on July 2, 2014 | 130 views

TANGGAL 24 Mei 2014 di Kedutaan Besar Vatikan di Jakarta, Pastor Anton Subianto Bunyamin OSC, Provinsial Ordo Salib Suci Propinsi Sang Kristus di Indonesia, menghadap Nuntius Mgr. Antonio Guido Filipazzi, Duta Besar Vatikan untuk Indonesia. Pertemuan dua orang yang dilindungi St. Antonius tersebut sangat penting karena membuka babak baru perjalanan Gereja Keuskupan Bandung.

Nuntius menyampaikan kabar bahwa Bapa Suci Paus Fransiskus telah menunjuk Pastor Anton menjadi Uskup Bandung: “The Holy Father appoints you as a new bishop of Bandung!”.

Setelah hening beberapa saat, tak tahu apa yang harus dikatakan, Pastor Anton spontan menjawab, “I am a servant of the Church. Whenever the Church needs me, I will make myself available. Whatever the Holy Pope asks me to do something, I will do.”

“Saya ini pelayan Gereja. Kapan saja Gereja membutuhkan saya, saya siap menyediakan diri. Apapun yang diminta Bapa Suci dari saya, saya akan melakukannya.”

Tanpa meminta Pastor Anton ke kapel untuk berdoa seperti kebiasaan yang dialami uskup lain, Nuntius menyimpulkan bahwa Pastor Anton bersedia menerima pengangkatan tersebut.

Pastor Anton lalu diminta menulis surat resmi kepada Bapak Paus Fransiskus untuk mengucapkan terima kasih dan menyatakan kesediaannya. Antara lain Pastor Anton menulis apa yang telah dikatakan kepada Nuntius.
Nuntius juga menyampaikan pesan yang penting kepada Pastor Anton dengan mengatakan, “Now you are no longer a Crossier, but a diocesan. You have to think broader in a diocesan perspective.”

“Sekarang saudara bukan lagi seorang OSC, melainkan seorang diosesan. Saudara harus berpikir lebih luas dengan perspektif keuskupan.”

Anugerah luar biasa bagi Gereja Keuskupan Bandung ini baru diumumkan tanggal Selasa 3 Juni, persis di hari 1 tahun meninggalnya Ibunda Pastor Anton.

Dalam SMS jawaban pada mereka yang memberi selamat, Pastor Anton menulis di antaranya: “Ini adalah rahmat yang luar biasa dan juga salib yang indah yang mesti saya jalani dengan sukacita dan rasa syukur. Tolong doakanlah saya!”

Demikian pun kepada Nuntius sewaktu menyampaikan rencana tanggal tahbisan (25 Agustus 2014), pada tgl 5 Juni 2014 Pastor Anton mengatakan: “Thanks a lot for your prayer and support to me as the bishop of Bandung. It is a wonderful grace and also a beautiful cross for me that I have to carry out with joy and gratitude.”
Paroli St. Odilia Cicadas

Kita sekarang mempunyai Uskup Bandung yang baru, Mgr. Anton Subianto Bunyamin OSC ! Syukur kepada Allah yang telah memilih puteranya yang terbaik untuk membuka babak baru sejarah Gereja Keuskupan Bandung yang saat ini berusia 82 tahun.

Mgr. Anton lahir di Bandung 14 Februari 1968, masuk OSC 18 juli 1988, kaul kekal sebagai OSC 28 Agustus 1994, dan ditahbiskan sebagai imam di Gereja Sukajadi di Bandung 26 Juni 1996 oleh alm. Mgr. A.Djajasiswaja.
Mgr. Anton dibesarkan di keluarga sederhana dengan sebelas orang bersaudara yang berasal dari Paroki St. Odilia, Cicadas, Bandung. Ayahandanya meninggal 11 tahun yang lalu. Semua saudaranya saat ini bekerja di Jakarta. Dua saudaranya berdomisili di Bandung di Taman Kopo Indah, Paroki St. Martinus, Bandung meskipun juga bekerja di Jakarta.

Mgr. Anton yang tidak mempunyai lagi orang tua dan masih muda dengan usianya yang 46 tahun dan sebentar lagi diharapkan menjadi “bapak” bagi umat, imam, dan masyarakat di Keuskupan Bandung.

Bakat kepemimpinannya menonjol sejak aktif sebagai putra altar dan anggota Legio Maria di Cicadas. Ia sempat menjadi ketua OSIS (Bidel Umum) di Seminari Mertoyudan Magelang. Ia dikenal cerdas dan menyelesaikan studi Sarjana Filsafat dan Teologi di Unpar Bandung, Lisensiat Filsafat di Leuven Belgia (1996-1998), dan Doktor Filsafat di Roma (2004-2007) yang semua diselesaikannya dengan cepat.

Mgr. Anton pernah menjadi Pastor Gereja Mahasiswa Bandung dan Pimpinan Lembaga Pengembangan Humaniora Unpar. Ia sempat bersemester pastoral di Keuskupan Agats. Sampai saat ini masih Sekretaris Yayasan dan Direktur Eksekutif Yayasan Salib Suci yang mempunyai 69 sekolah di wilayah Keuskupan Bandung dan Sekretaris Dewan Pembina Yayasan Universitas Katolik Parahyangan.

Di lingkungan APTIK, Mgr. Anton sempat menjadi anggota Badan Pengurus APTIK (2011-2014) dan baru terpilih sebagai anggota Pengawas APTIK (2014-2017). Mgr. Anton memang belum pernah menjadi pastor paroki. Ia hanya sempat berpastoral sebagai diakon selama 6 bulan dan dilanjutkan sesudah ditahbiskan sebagai pastor pembantu selama 3 bulan di Paroki Subang di tahun 1996 sampai keberangkatannya ke Belgia untuk studi.

Dapat dikatakan rekam jejaknya adalah terutama kepemimpinan di lingkungan OSC dan lembaga pendidikan. Namun dalam sejarah Gereja Keuskupan Bandung Mgr. Anton praktis selalu menjadi anggota Panitia Pengarah Musyawarah Pastoral dan selalu ikut merumuskan dokumen akhirnya. Ia pandai merumuskan dengan tajam dan memberikan penjelasan dengan kata-kata yang inspiratif.

Dapat dikatakan Mgr. Anton dilahirkan, dibesarkan, dan sungguh ikut dalam dinamika Gereja Keuskupan Bandung yang segera akan dipimpinnya sebagai seorang uskup diosesan. Sebagai provinsial OSC, Mgr. Anton juga berkesempatan mengenal berbagai keuskupan di Indonesia, khususnya Agats, Jakarta, Sibolga, Medan, dan Timika.

Pengalaman studi di Belgia dan Roma pasti memberinya pengalaman global selain sebagai OSC pernah mengunjungi dan mempelajari berbagai negara yang dilayani OSC termasuk di Brasil. Ia malahan sebenarnya diperkirakan akan dipilih menjadi Magister General OSC. Mgr. Anton yang sungguh memahami dinamika dan mencintai OSC sekarang diharapkan siang malam berpikir untuk perkembangan Keuskupan Bandung.