Senin, Februari 27, 2017

Tuhan, Ini Owe, A Cong...


Cerita ini saya save dari sebuah email di tahun 2013. Saya lupa email dari siapa di milis apa:
Ini sebuah kisah nyata yang menarik dan menyentuh. Ada seorang laki-laki paruh baya, umur 50 tahunan. Ia dipanggil A Cong (Ah Chong, ejaan inggrisnya). Miskin, tetapi jujur dan tekun. Kejujuran dan ketekunan itu mendapat perhatian seorang pemilik toko material di daerah Glodok, Pinangsia, Jakarta. A Cong diangkat menjadi CEO (chief exec.officer) atau penanggung jawab penuh toko tersebut. Usaha material itu meraup sukses luar biasa.

Sedemikian sibuknya A Cong di toko itu melayani pembeli, sampai ia tak sempat makan dengan teratur. Bahkan tidak jarang ia makan sambil tetap melayani. Tetapi, di tengah kesibukannya, setiap jam 12 siang ia menyempatkan diri berlari ke sebuah gereja di dekat situ. Dan itu ia lakukan tiap hari, sudah lebih dari tiga setengah tahun.

Sampai pada suatu hari kecurigaan seorang pastor memuncak ... ! Ia telah memperhatikan dan mengamati fenomena aneh ini di gerejanya. A Cong datang di pintu gereja, hanya berdiri saja, membuat tanda salib, lalu segera bablas lagi.

Ritual itu setia dilakukan A Cong, tiap-tiap hari, itu-itu saja.
Adakah udang dibalik batu ??? Jangan-jangan ..... Romo yang penasaran itu mencari
kesempatan menghadang si A Cong, dan bertanya tanpa basa-basi lagi

Kata Romo : “maaf, Cek (panggilan menghormat bagi laki-laki Tionghoa), kenapa Encek
saben hari datang jam 12 begini, cuman berdiri saja di pintu, bikin tanda salib, terus cepet-cepet pergi lagi?”
Kaget, si A Cong menjawab tersipu : "Hah?!... Lomo.., owe ini olang sibuk, owe punya waktu seliki, tapi owe seneng dateng kemali."
Jelas, Romo belum puas dan terus mendesak : “Emangnya apa yang Encek lakukan di pintu gereja gitu ?"
Jawab A Cong dengan polos : "Ngga ada apa-apa, benel Owe cuman bilang ini doang : Tuhan Yesus, ini owe, A Cong. Uuudah ."
Terbengong, hanya "Oh....!" yang bisa dilontarkan sang Romo. Dan A Cong pun bergegas kembali ke tokonya.

Pada suatu hari A Cong sakit parah karena super sibuk dan makan sekenanya, tidak teratur. Komplikasi penyakitnya cukup berat sehingga ia dilarikan ke rumah sakit.
A Cong bukan orang kaya, maka ia menempati kamar kelas 3, satu kamar dihuni 8 orang pasien. Sejak masuknya A Cong, kamar itu menjadi ceria, penuh canda tawa.Tak terasa 3 bulan sudah A Cong dirawat. Ia pun sembuh dan diperbolehkan pulang.

Ia gembira, tentunya, tetapi teman2 sekamarnya bersedih. Selama dirawat itu, semua sesama pasien dihiburnya. A Cong setiap pagi menghampiri teman-teman pasiennya, satu per satu, dan menanyakan keadaan masing2. Sayang, sekarang A Cong harus pulang dan kamar itu akan kembali sunyi.

Akhirnya salah seorang sesama pasien mencoba bertanya: "Eh Cek A Cong, mau nanya nih. Kenapa sih Encek begitu gembira, dan selalu gembira, padahal penyakit Encek 'kan serius ?"

Acong tercenung dan menjawab : "Saben ali yam lua welas, yah, ada olang laki lambut gondlong dateng, megang kaki saya, dia bilang: A Cong, ini aku, Yesus Klistus. Gimana owe nggak seneng, coba..."

Moral of the story :
Sesibuk-sibuknya kita, sisihkan waktumu, untuk bersama Tuhan

 

Kamis, Februari 23, 2017

JUMAT KLIWON



Pada hari ini, Kamis malam Jumat Kliwon, tiba-tiba aku ingat pada seorang teman yang hari lahirnya pada hari Jumat Kliwon. Maka tepat pada hari kelahirannya, aku ingin menuliskan beberapa hal, sbb.:

1.   Sesuai garis-garis dan perhitungan hari, ia termasuk orang yang pemberani. Tak pernah punya rasa takut pada apapun juga, termasuk resiko paling buruk akibat tindakannya sendiri. Ia tak pernah takut pada ancaman seserius apapun juga, dari siapapun juga, dan dari manapun juga.

2.   Ia kuat memegang prinsip. Tak tergoyahkan, bahkan terhadap badai sekalipun. Di wajah dan kulit luar ia tegar. Orang-orang di sekitarnya dibuat tak berkutik, mereka tidak berani menatap matanya. Maka tak jarang mereka mengancam ingin menikamnya dari belakang. Ia memiliki sepasang mata di balik wajahnya, sehingga selalu mengetahui terlebih dahulu rencana jahat orang-orang di sekitarnya.

3.   Namun jauh di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia sebenarnya seorang pemaaf. Ia suka mengampuni kesalahan tetangga, bahkan sebelum itu diminta. Ia juga sering mengelus dada karena ia sendiri terheran-heran pada dirinya. Ia ngotot merealisasi komitmen yang dibuatnya, namun sering kandas oleh egonya sendiri. Sebenarnya pula ia geregetan terhadap diri sendiri.

4.   Bila ia terbuka pada seorang yang dikiranya sahabat, ternyata mereka itu hanya akan mengeruk keuntungan mereka sendiri terhadapnya. Maka ia tampak selalu ragu-ragu menentukan seorang sahabat. Ia lalu sering mengasihani diri sendiri. Mencoba memaafkan diri sendiri.

5.   Hidupnya menarik siapa saja yang sempat bergaul dengannya.



Aku doakan semoga ia bahagia…..

Rabu, Februari 08, 2017

Sabda Bahagia Mt. 5: 3-9



1.     Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
2.     Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
3.     Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
4.     Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
5.     Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
6.     Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
7.     Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
8.     Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
9.     Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.

Menjadi bahagia itu ternyata tidak mudah. Harus menderita terlebih dahulu, baru mendapatkan kebahagiaan. Tetapi memang realitasnya demikian. Tidak mudah mencapai rasa bahagia itu.

Banyak pendapat bahwa kebahagiaan itu didapat apabila orang tidak memiliki masalah. Apakah benar demikian? Saya rasa tidak! Banyak orang memiliki harta berlimpah, akan tetapi mereka tidak hidup bahagia. Mereka tetap memiliki masalah juga.   

Jadi, kita memang harus dtuntun untuk melihat sabda bahagia di atas.

Sabda pertama sampai ke delapan ditujukan kepada orang ke tiga, “berbahagialah orang….”. Sabda itu ditujukan kepada kita umat manusia. Sedangkan sabda ke sembilan ditujukan kepada orang kedua, khusus kepada “kamu” murid-murid-Nya.

Beruntung bagi “kamu-kamu”, karena menerima sabda yang ke sembilan, yang tentu secara otomatis menerima sabda-sabda yang lain, karena “kamu” termasuk orang! Hehe….

Tidak ada jalan lain untuk mencapai kebahagiaan absolut, yang kekal-abadi, kecuali menjadi murid-Nya. Tidak ada jalan lain!

Jumat, Februari 03, 2017

GEMBALA YANG RENDAH HATI


(Tahun lalu, tepatnya bulan Januari 2016, saya diminta menulis tentang Pst Nicolaas Christiaan Schneiders,SMM.)
 
P : “Mengapa saya? Mengapa tidak minta Pastor lain, misalnya pastor yang berasal dari jawa….”
S : “Tidak Pastor,  saya justru mengagumi Pastor. Oleh karena itu saya mohon Pastor untuk memimpin ibadat ini”.
P : “Baiklah kalau begitu….”
Itulah sepenggal pembicaraan saya dengan Pastor Nico . Pada waktu itu saya menghadap Pastor Nico memohon untuk memimpin ibadat menjelang pernikahan anak saya. Saya memang sengaja langsung ke Pastor Nico karena sudah sejak lama saya mengagumi beliau. Tidak saya duga sebelumnya, bahwa Pastor Nico mempersilahkan saya untuk ke pastor lain terlebih dahulu, karena beliau mengira bahwa ibadat ini akan lebih baik jika dibawakan atau dipimpin oleh pastor dari Jawa, misalnya. Ini adalah bukti kerendahan hati Pastor Nico. Beliau lebih mengarahkan saya kepada pastor lain, dan tidak dengan serta merta langsung menyanggupi permohonan saya. Dalam benak saya, kecuali sedang sangat sibuk, seorang pastor akan langsung menerima permohonan umat untuk memimpin pelayanan sakramen atau sakramentali. Ternyata Pastor Nico tidak demikian.

Mengapa saya mengidolakan Pastor Nico sebagai seorang gembala umat yang rendah hati?
Pertama, walaupun Pastor Nico bukan seorang pastor paroki, namun beliau sangat rajin menghadiri pertemuan lingkungan. Kami umat lingkungan 2 Santa Lucia merasa sangat beruntung, bahwa di  tengah-tengah kami ada biara Serikat Maria Monfortan, yang berada di Jl. Gunung Kencana 8-10, Ciumbuleuit, Bandung. Kami mendapatkan anugerah Allah yang sangat besar dengan kehadiran Pastor Nico khususnya dan Pastor-pastor serta Bruder SMM lainnya pada setiap pertemuan lingkungan.

Inspirasi, refleksi dan sharing iman dari Pastor Nico selalu membangkitkan gairah  umat lingkungan untuk turut serta aktif dalam menuangkan sharing-sharing pribadi di tengah-tengah umat yang hadir. Tidak dipungkiri bahwa sebagian besar umat masih menempatkan figur seorang pastor sebagai manusia istimewa, pastor-centris, tetapi terhadap Pastor Nico, kami umat lingkungan tidak demikian. Kami, khususnya saya menganggap Pastor Nico sebagai seorang ayah, yang selalu menyayangi anak-anaknya. Pertemuan lingkungan tidak pernah menjadi kering, tidak monoton karena kehadiran Pastor Nico selalu menghangatkan dan menggairahkan warga lingkungan yang hadir. Beliau selalu membuat kami merasa “happy” di dalam pertemuan. Beliau selalu menyegarkan iman kami. Sebagai Gembala, Pastor Nico tidak di depan atau di belakang kawanan domba, namun tidak ragu-ragu berada di tengah-tengah dombanya. Sekali lagi ini membuktikan bahwa memang Pastor Nico bagi kami adalah seorang gembala yang rendah hati.

Kedua, saya mengagumi Pastor Nico karena penghayatan imannya yang sangat dalam. Penghayatannya itu ditemukannya sendiri melalui pengalaman rohani dalam perjalanan hidupnya. Spiritualitas Monfortan sudah dihidupi dan menjadi nafasnya sehari-hari. Kitab Suci sudah menyatu dengan hidupnya. Refleksi imannya bukan berasal dari luar dirinya, tetapi memancar dari dalam jiwanya. Pastor Nico adalah gambaran orang yang berelasi sangat dekat dan intim dengan Yang Ilahi. Hal ini terlihat dari renungan-renungan yang amat dalam, gampang dimengerti dan menggugah, membangunkan kami.

Pastor Nico memiliki pengalaman iman yang dalam. Ada 2 peristiwa dalam Injil yang selalu disharingkan oleh beliau. Yang pertama tentang perumpamaan anak hilang yang kembali kepada bapaknya. Yang kedua tentang seorang penjahat yang disalib bersama-sama dengan Yesus. Dari 2 kisah dalam Injil itu Pastor Nico menyakini bahwa api penyucian atau yang sering disebut purgatorium itu tidak ada.

Anak yang hilang dan telah menghabiskan warisannya dengan berfoya-foya itu pulang dan seketika itu bapaknya mendekap, merangkul dan menciumi dia,  dan meminta kepada pelayan-pelayannya untuk segera membawakan jubah yang terbaik dan cincin untuk anaknya itu. Bapaknya mengajak pesta dengan menyembelih lembu yang paling gemuk. Bapaknya tidak menghukum anaknya itu, tidak minta waktu untuk menunggu. Bapaknya langsung menyambutnya.

Yesus berkata kepada penjahat yang disalibkan disampingnya, “pada hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam firdaus”. Yesus tidak mengatakan “besok” atau “lusa” atau “kelak engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam firdaus”. Yesus tidak meminta untuk menunggu, tapi tegas menyatakan “pada hari ini juga!”

Allah itu tidak terikat pada ruang dan waktu. Maka  bagi Allah tidak ada waktu  “sekarang” atau “besok”. Bagi Allah tidak ada istilah “tunggu sehari lagi, tunggu sekian tahun lagi”. Allah juga tidak memiliki tempat atau ruang untuk menunggu. Jadi tidak mungkin Allah mengakatan “kamu harus menunggu di tempat penantian” .

Kesimpulannya menurut Pastor Nico adalah Api Penyucian sebagai tempat untuk menunggu kesempatan manusia masuk ke surga itu tidak ada. Kesimpulan itu tidak mungkin tercetus oleh orang biasa seperti kita. Sudah berkali-kali kita membaca perumpamaan tentang anak yang hilang. Sudah berkali-kali pula kita membaca dan mendengar tentang kata Yesus kepada penjahat yang disalib bersama-sama dengan Yesus itu. Tetapi hanya Pastor Nico yang menghidupi sabda-sabda itu. Pergumulan hidupnya dengan Kitab Suci membawa Pastor Nico kepada kesimpulan itu. 

Selain itu, kita mengetahui bahwa Pastor Nico sudah 50 tahun hidup sebagai seorang pastor, dan sudah pasti lebih dari 50 tahun beliau hidup membiara. Sudah barang tentu pengalaman imannya sudah sangat dalam. Bukan sekedar iman yang mengambang di luar, tetapi iman Pastor Nico adalah hidupnya itu sendiri. Pengalaman selama 50 tahun sebagai seorang imam, telah mengantarkan Pastor Nico kepada kematangan dari seluruh hidupnya.

Selamat merayakan pesta emas imamat Pastor, semoga Pastor Nico selalu dikaruniai kesehatan yang baik, umur panjang dan tetap semangat dalam menghadirkan Kerajaan Allah dimanapun berada, terutama di Lingkungan 2, Lingkungan St. Lucia, Ciumbuleuit.  Terima kasih atas contoh hidup dan kehidupan iman kepada kami. Semua ini akan kami persembahkan kembali kepada Sang Kebijaksanaan, sekarang sampai selama-lamanya.

Amin.

Rabu, Februari 01, 2017

Yesus Sumber Kekuatan Bagiku


Pertanyaan siapa Yesus Kristus bagi saya, itulah pertanyaan yang diajukan oleh Rm Iwan untuk saya jawab dengan tulisan ini. Satu sisi pertanyaan itu mudah dijawab dengan jawaban-jawaban yang sudah diterima dalam pelajaran-pelajaran agama. Di sisi lain pertanyaan itu sulit dijawab karena jawaban itu harus bertolak dari pengalaman iman diri saya.

Pada tahun 1993, saya terkena fitnah yang sangat keji di tempat saya bekerja. Hampir tiap hari saya dipanggil oleh para pimpinan untuk diwawancara, diinterogasi seperti halnya seorang penjahat. Di hadapan pimpinan saya seperti seorang pencuri, seperti seorang koruptor kelas kakap; saya dituduh menerima uang sogokan.

Pada waktu itu hidup saya sudah tidak ada harapan, bingung, sedih dan letih. Semua teman menyarankan supaya saya tetap fokus, tetap tenang. Mereka menyemangati saya, mendorong saya agar saya tetap kuat menghadapi cobaan ini. Di satu sisi saya sangat berterima kasih kepada teman-teman saya, disisi lain saya seperti tidak kuat menanggung beban hidup ini.
Di rumah, saya melihat istri saya selalu berdoa, dan saya mengetahui dengan pasti bahwa dia sedang berdoa bagi diri saya. Berhari-hari berlangsung demikian. Maka saya mulai meniru kebiasaan istri saya. Saya mulai berdoa, mohon kekuatan, kesabaran dan kateguhan. Sebelum tidur, di kala terbangun tengah malam dan pagi hari setelah bangun tidur, saya mengikuti kebiasaan istri untuk berdoa.

Doa saya mulai membuahkan hasil. Setiap dipanggil untuk menghadap pimpinan hati saya menjadi tenang. Semua pertanyaan dapat saya jawab dengan baik, tidak gugup, dengan bahasa yang lebih teratur. Saya merasa telah dikuatkan oleh doa saya kepada Yesus. Saya menjadi berani mengungkapkan kebenaran.

Semenjak saat itu, saya meyakini bahwa Yesus adalah sumber kekuatan dalam diri saya.

Peristiwa kedua yang terjadi di awal tahun 2000 pun sama. Saya divonis oleh dokter bahwa saya harus menjalani oprasi jantung “bypass”. Ketakutan luar biasa saya alami beberapa hari menjelang oprasi. Semakin dekat dengan hari yang sudah ditentukan untuk oprasi, ketakutan dan kekawatiran dalam diri saya semakin parah.

Sehari sebelum oprasi, pada saat saya sudah diopname di rumah sakit, saya berdoa mohon kekuatan kepada Tuhan Yesus, dan juga berdoa rosario. Pagi harinya, saya menjadi tenang, penuh dengan kepasrahan, tidak ada rasa cemas dan takut lagi. Dan oprasi jantung berjalan dengan lancar tidak ada kelainan apapun juga.

Sampai hari ini saya selalu bersyukur, karena Yesus sungguh menjadi sumber kekuatan bagi saya.