Jumat, Februari 03, 2017

GEMBALA YANG RENDAH HATI


(Tahun lalu, tepatnya bulan Januari 2016, saya diminta menulis tentang Pst Nicolaas Christiaan Schneiders,SMM.)
 
P : “Mengapa saya? Mengapa tidak minta Pastor lain, misalnya pastor yang berasal dari jawa….”
S : “Tidak Pastor,  saya justru mengagumi Pastor. Oleh karena itu saya mohon Pastor untuk memimpin ibadat ini”.
P : “Baiklah kalau begitu….”
Itulah sepenggal pembicaraan saya dengan Pastor Nico . Pada waktu itu saya menghadap Pastor Nico memohon untuk memimpin ibadat menjelang pernikahan anak saya. Saya memang sengaja langsung ke Pastor Nico karena sudah sejak lama saya mengagumi beliau. Tidak saya duga sebelumnya, bahwa Pastor Nico mempersilahkan saya untuk ke pastor lain terlebih dahulu, karena beliau mengira bahwa ibadat ini akan lebih baik jika dibawakan atau dipimpin oleh pastor dari Jawa, misalnya. Ini adalah bukti kerendahan hati Pastor Nico. Beliau lebih mengarahkan saya kepada pastor lain, dan tidak dengan serta merta langsung menyanggupi permohonan saya. Dalam benak saya, kecuali sedang sangat sibuk, seorang pastor akan langsung menerima permohonan umat untuk memimpin pelayanan sakramen atau sakramentali. Ternyata Pastor Nico tidak demikian.

Mengapa saya mengidolakan Pastor Nico sebagai seorang gembala umat yang rendah hati?
Pertama, walaupun Pastor Nico bukan seorang pastor paroki, namun beliau sangat rajin menghadiri pertemuan lingkungan. Kami umat lingkungan 2 Santa Lucia merasa sangat beruntung, bahwa di  tengah-tengah kami ada biara Serikat Maria Monfortan, yang berada di Jl. Gunung Kencana 8-10, Ciumbuleuit, Bandung. Kami mendapatkan anugerah Allah yang sangat besar dengan kehadiran Pastor Nico khususnya dan Pastor-pastor serta Bruder SMM lainnya pada setiap pertemuan lingkungan.

Inspirasi, refleksi dan sharing iman dari Pastor Nico selalu membangkitkan gairah  umat lingkungan untuk turut serta aktif dalam menuangkan sharing-sharing pribadi di tengah-tengah umat yang hadir. Tidak dipungkiri bahwa sebagian besar umat masih menempatkan figur seorang pastor sebagai manusia istimewa, pastor-centris, tetapi terhadap Pastor Nico, kami umat lingkungan tidak demikian. Kami, khususnya saya menganggap Pastor Nico sebagai seorang ayah, yang selalu menyayangi anak-anaknya. Pertemuan lingkungan tidak pernah menjadi kering, tidak monoton karena kehadiran Pastor Nico selalu menghangatkan dan menggairahkan warga lingkungan yang hadir. Beliau selalu membuat kami merasa “happy” di dalam pertemuan. Beliau selalu menyegarkan iman kami. Sebagai Gembala, Pastor Nico tidak di depan atau di belakang kawanan domba, namun tidak ragu-ragu berada di tengah-tengah dombanya. Sekali lagi ini membuktikan bahwa memang Pastor Nico bagi kami adalah seorang gembala yang rendah hati.

Kedua, saya mengagumi Pastor Nico karena penghayatan imannya yang sangat dalam. Penghayatannya itu ditemukannya sendiri melalui pengalaman rohani dalam perjalanan hidupnya. Spiritualitas Monfortan sudah dihidupi dan menjadi nafasnya sehari-hari. Kitab Suci sudah menyatu dengan hidupnya. Refleksi imannya bukan berasal dari luar dirinya, tetapi memancar dari dalam jiwanya. Pastor Nico adalah gambaran orang yang berelasi sangat dekat dan intim dengan Yang Ilahi. Hal ini terlihat dari renungan-renungan yang amat dalam, gampang dimengerti dan menggugah, membangunkan kami.

Pastor Nico memiliki pengalaman iman yang dalam. Ada 2 peristiwa dalam Injil yang selalu disharingkan oleh beliau. Yang pertama tentang perumpamaan anak hilang yang kembali kepada bapaknya. Yang kedua tentang seorang penjahat yang disalib bersama-sama dengan Yesus. Dari 2 kisah dalam Injil itu Pastor Nico menyakini bahwa api penyucian atau yang sering disebut purgatorium itu tidak ada.

Anak yang hilang dan telah menghabiskan warisannya dengan berfoya-foya itu pulang dan seketika itu bapaknya mendekap, merangkul dan menciumi dia,  dan meminta kepada pelayan-pelayannya untuk segera membawakan jubah yang terbaik dan cincin untuk anaknya itu. Bapaknya mengajak pesta dengan menyembelih lembu yang paling gemuk. Bapaknya tidak menghukum anaknya itu, tidak minta waktu untuk menunggu. Bapaknya langsung menyambutnya.

Yesus berkata kepada penjahat yang disalibkan disampingnya, “pada hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam firdaus”. Yesus tidak mengatakan “besok” atau “lusa” atau “kelak engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam firdaus”. Yesus tidak meminta untuk menunggu, tapi tegas menyatakan “pada hari ini juga!”

Allah itu tidak terikat pada ruang dan waktu. Maka  bagi Allah tidak ada waktu  “sekarang” atau “besok”. Bagi Allah tidak ada istilah “tunggu sehari lagi, tunggu sekian tahun lagi”. Allah juga tidak memiliki tempat atau ruang untuk menunggu. Jadi tidak mungkin Allah mengakatan “kamu harus menunggu di tempat penantian” .

Kesimpulannya menurut Pastor Nico adalah Api Penyucian sebagai tempat untuk menunggu kesempatan manusia masuk ke surga itu tidak ada. Kesimpulan itu tidak mungkin tercetus oleh orang biasa seperti kita. Sudah berkali-kali kita membaca perumpamaan tentang anak yang hilang. Sudah berkali-kali pula kita membaca dan mendengar tentang kata Yesus kepada penjahat yang disalib bersama-sama dengan Yesus itu. Tetapi hanya Pastor Nico yang menghidupi sabda-sabda itu. Pergumulan hidupnya dengan Kitab Suci membawa Pastor Nico kepada kesimpulan itu. 

Selain itu, kita mengetahui bahwa Pastor Nico sudah 50 tahun hidup sebagai seorang pastor, dan sudah pasti lebih dari 50 tahun beliau hidup membiara. Sudah barang tentu pengalaman imannya sudah sangat dalam. Bukan sekedar iman yang mengambang di luar, tetapi iman Pastor Nico adalah hidupnya itu sendiri. Pengalaman selama 50 tahun sebagai seorang imam, telah mengantarkan Pastor Nico kepada kematangan dari seluruh hidupnya.

Selamat merayakan pesta emas imamat Pastor, semoga Pastor Nico selalu dikaruniai kesehatan yang baik, umur panjang dan tetap semangat dalam menghadirkan Kerajaan Allah dimanapun berada, terutama di Lingkungan 2, Lingkungan St. Lucia, Ciumbuleuit.  Terima kasih atas contoh hidup dan kehidupan iman kepada kami. Semua ini akan kami persembahkan kembali kepada Sang Kebijaksanaan, sekarang sampai selama-lamanya.

Amin.

Tidak ada komentar: