Pertanyaan siapa Yesus Kristus bagi saya, itulah pertanyaan yang diajukan oleh Rm Iwan untuk saya jawab dengan tulisan ini. Satu sisi pertanyaan itu mudah dijawab dengan jawaban-jawaban yang sudah diterima dalam pelajaran-pelajaran agama. Di sisi lain pertanyaan itu sulit dijawab karena jawaban itu harus bertolak dari pengalaman iman diri saya.
Pada tahun 1993, saya terkena fitnah yang sangat keji di
tempat saya bekerja. Hampir tiap hari saya dipanggil oleh para pimpinan untuk
diwawancara, diinterogasi seperti halnya seorang penjahat. Di hadapan pimpinan
saya seperti seorang pencuri, seperti seorang koruptor kelas kakap; saya
dituduh menerima uang sogokan.
Pada waktu itu hidup saya sudah tidak ada harapan, bingung,
sedih dan letih. Semua teman menyarankan supaya saya tetap fokus, tetap tenang.
Mereka menyemangati saya, mendorong saya agar saya tetap kuat menghadapi cobaan
ini. Di satu sisi saya sangat berterima kasih kepada teman-teman saya, disisi lain
saya seperti tidak kuat menanggung beban hidup ini.
Di rumah, saya melihat istri saya selalu berdoa, dan saya
mengetahui dengan pasti bahwa dia sedang berdoa bagi diri saya. Berhari-hari
berlangsung demikian. Maka saya mulai meniru kebiasaan istri saya. Saya mulai
berdoa, mohon kekuatan, kesabaran dan kateguhan. Sebelum tidur, di kala
terbangun tengah malam dan pagi hari setelah bangun tidur, saya mengikuti
kebiasaan istri untuk berdoa.
Doa saya mulai membuahkan hasil. Setiap dipanggil untuk
menghadap pimpinan hati saya menjadi tenang. Semua pertanyaan dapat saya jawab
dengan baik, tidak gugup, dengan bahasa yang lebih teratur. Saya merasa telah
dikuatkan oleh doa saya kepada Yesus. Saya menjadi berani mengungkapkan
kebenaran.
Semenjak saat itu, saya meyakini bahwa Yesus adalah sumber
kekuatan dalam diri saya.
Peristiwa kedua yang terjadi di awal tahun 2000 pun sama.
Saya divonis oleh dokter bahwa saya harus menjalani oprasi jantung “bypass”.
Ketakutan luar biasa saya alami beberapa hari menjelang oprasi. Semakin dekat
dengan hari yang sudah ditentukan untuk oprasi, ketakutan dan kekawatiran dalam
diri saya semakin parah.
Sehari sebelum oprasi, pada saat saya sudah diopname di rumah
sakit, saya berdoa mohon kekuatan kepada Tuhan Yesus, dan juga berdoa rosario.
Pagi harinya, saya menjadi tenang, penuh dengan kepasrahan, tidak ada rasa
cemas dan takut lagi. Dan oprasi jantung berjalan dengan lancar tidak ada
kelainan apapun juga.
Sampai hari ini saya selalu bersyukur, karena Yesus sungguh
menjadi sumber kekuatan bagi saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar